Selamat Datang Di Blog Saya

Sabtu, 04 Februari 2017

Komplikasi dan Penyulit Kehamilan Trimester I


KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMILAN TRIMESTER I


A.     ANEMIA KEHAMILAN
      Anemia oleh orang dewasa awam dikenal sebagai “kurang darah”. Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia berbeda dengan tekanan darah rendah. Tekana darah rendah adalah kurangnya kemampuan otot jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah yang sampai ke otak dan bagian tubuh lainnya.
      Anemia kehamilan yaitu ibu hamil dengan kadar Hb <11g% pada trimester I dan III Hb <10,5g% pada trimester II. Gejala yang mungkin timbul pada pada anemia adalah keluhan lemah, pucat, dan pingsan, walaupun tekanan darah masih dalam batas normal. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat.
      Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuranganzat besi. Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan kompenen pembentuk Hb atau sel darah merah. Oleh karena itu disebut “Anemia Gizi besi”

Anemia gizi besi dapat terjadi karena hal-hal berikut ini
1.      Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
a.       Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani (seperti : ikan, daging, hati, ayam)
b.      Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua , yang walaupun kaya akan zat besi , namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.
2.      Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi
a.       Pada masa pertumbuhan sperti anak-anak dan remaja, kebutuhan t
b.      ubuh akan zat bsi meningkat tajam.
c.       Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena diperlukan untuk pertumbuhan janin, serta untuk kebutuhan ibu sendiri.
d.      Pada penderita penyakit menahun seperti TBC
3.      Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh
Perdarahan dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada pasien dengan penyakit sebagai berikut .
a.       Kecacingan (terutama cacing tambang). Infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada dinding usu , meskipun sedikit tetapi terjadi terus-menerus yang mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.
b.      Malaria pada penderita anemia gizi besi dapat memperberat keadaananemianya.
c.       Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah.

Beberapa damapak anemia pada kehamilan adalah sebagai berikut.
a.       Abortus, lahir prematur, lamanya waktu partus karena kurang daya dorong rahim, perdarahan postpartum, rentan infeksi, rawan dekompensasi kordis pada penderita dengan Hb kurang dari 4g%.
b.      Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok bahkan kematian ibu saat persalinan, meskipun tidak disertai perdarahan.
c.       Kematian bayi dalam kandungan,kematian bayi pada usia yang sangat muda, serta cacat bawaan.

Pencegahan dan Tearapi Anemia
1.      Meningkatkan konsumsi makanan bergizi
Makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). Makanan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
2.      Menambah pasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum Tamblet Tambahan Darah (TTD)
3.      Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberatanemia seperti : kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.
                                                                                                
Tablet Tambah Darah
      Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg  Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Wanita mengalami menstruasi sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang. Wanita yang sedang hamil atau menyusui , kebutuhan zat besinya sangat tinggi sehingga perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Minumlah 1 tablet tambah darah seminggu sekali dandianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 tablet tambah darah setiap hari paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40hari setelah melahirkan.

Zat Besi (Fe)
Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat didalam tubuh manusia, yaitu sebanyak 3-5 gram. Pada tubuh, zat besi merupakan bagian dari hemoglobin yang berfungsi sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Dengan berkurangnya Fe, sintesis hemogloblin berkurang dan akhirnya kadar hemoglobin akan menurun.
      Beberapa akibat dari kekurangan zat besi pada kehamilan adalah hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, kemudian janin, abortus, cacat bawaan, bBayi Berat Lahir Rendah (BBLR), anemia pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur, pendarahan, dan rentan infeksi.

B.       HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)
      Hiperemesis gravidarum adalah gejala mualdan muntah yang berlebihan pada ibu hamil. Istilah hiperemesis gravidarum dengan gangguan metabolik yang bermakna karena mual dan muntah. Penderita hiperemesis gravidarum biasanya dirawat di rumah sakit. Etiologinya belum pasti, diduga ada hubungannya dengan paritas, hormonal, neurologis, metabolik, sterss psikologis, keracunan, dan tipe kepribadian.
      Insiden dari hiperemesis gravidarum adalah  0,5-10/1.000 kelahamilan. Kemungkinana terjadinya penyakit ini adalah tinggi pada orang kulit putih (16-1.000 kelahiran) dan rendah pada orang kulit hitam (7-1.000 kelahiran). penyakit ini rata-rata muncul pada usia kehamilan 8-12 minggu.
      Penyakit hiperemesis gravidarum dibagi dalam beberapa tingkat yaiut sebagai berikut.
1.        Tingkat 1
Gejala : lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri epigastrium, nadi meningkat, turgor kulit berkurang, tekanan darah sistolik menurun, lidah kering, dan mata cekung.



2.        Tingkat 2
Gejala : apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik, kadang suhu sedikit meningkat, oliguria, serta aseton tercium dalam hawa pernafasan.
3.        Tingkst 3
Keadaan umum lebih rendah lagi, muntah-muntal berhenti,kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi lebih cepat, tekanan darah lebih turun; komplikasi fatal ensefalopi Wernicke; nistagmus, diplopia, perubahan mental; dan ikterik.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut
1.        Analisis urine, kultur urine, menilai peningkatan endapan spesifik, infeksi atau bilirubinuria, HCG urine atau darah.
2.        Darah rutin
3.        Na, Cl, K, glukosa, kreatinin, dan asam urat
4.        Fungsi hati
5.        Pemeriksaan tiroid
6.        USG untuk menyingkirkan kemungkinan mola
Pengelolah
Pemberian obat-obatan yaitu dengan obat sedatif, antihistamin, serta vitamin B1 dan B6 sampai antiematik. Penderita diisolasi sampah muntah berhenti dan penderita mau makan. Berikan terapi psikologi, hilangkan rasa takut pada kehamilan, kurangi pekerjaan, serta hilangkan masalah dan konfik. Berikan cairan cukup elekrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu, dapat ditambahkan kalim dan vitamin. Penghentian kehamilan dapat dilakukan bila keadaan memburuk.





C.      ABORTUS
      Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi atau berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar (viable), tanpa mempersoalkan penyebabnya dengan berat badan <500 gram atau umur kehamilan<20 minggu.
Klasifikasi
Abortus dapat diklasifikasikan berdasarkan kejadian dan gambaran klinis
1.      Berdasarkan kejadiannya
a.       Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis, atau terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri.
b.      Abortus buatan/ Abortus provokatus (disengaja, digugurkan), dibagi menjadi berikut
·      Abortus buatan menurut indikasi medis (abortus provocatus artifisialis atau theraupeticus). Abortus ini sengaja dilakukan sehingga kehamolan dapat diakhiri. Upaya menghilangkan hasil konsepsi dilakukan atas indikasi untuk menyelematkan jiwa ibu, misa : pemyakit jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdidi atas dokter ahli kebidanan, penyakit dalam, dan psikiatri/ psikolog.
·      Abortus buatan kriminal (abortus provocatus criminalis) adalah pengguran kandungan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.
2.      Berdasarkan gambar klinis
a.       Abortus iminens (keguguran mengancam)
Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Ostium uteri tertutup, uterus sesuai umur kehamilan. Didiagnosis bila seorang wanita hamil <20 minggu mengeluarkan darah sedikit per vaginam. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang. Dapat disertai rasa nyeri perut bawah atau punggung bawah.




b.      Abortus Insipies (keguguran berlangsung)
      Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Ostiumterbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam saja. Abortus insipies didiagnosa apabila wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang,-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa daapat masuk dan ketuban dapat teraba. Bisa jadi perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi. Oleh karena itu, evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan kontraindikasi.


c.       Abortus Inkompletus (keguguran tidak lengkap)
      Abortus inkomplet didiagnosa apabila sebagian sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta)maih tertinggal didalam rahim. Serviks sering tetap terbuka karena msih ada benda didalamrahim yang diangap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu meradakan myeri.

d.      Abortus Kompletus (keguguran lengkap)
      Seluru bayi telah dilahirkan dengan lengkap, ostium tertutup, uterus lebih kecil dari umur kehamilan atau ostium terbuka, dan kavum uteri kosong. Pada abortus ini, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh. Serviks juga dengan segera menutup kemali.


e.       Abortus tertunda ((missed abortion)
      Keadaan dimana janin telah mati sebelum ke-20, tetapi tertanam didalam rahim selama beberapa minggu (8 minggu atau lebih) setelah janin mati. Saat terjadi kematian janin kadang-kadang ada perdarahan per vagina dedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens. Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin. 


f.       Abortus Habitualis (keguguran berulang)
      Abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut. Kejadiannya jauh lebih sedikit dari pada abortus spontan (kurang dari 1%)

D.    KEHAMILAN EKTOPIK
      Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi idluar rongga rahim (kavum uteri). Istilah ektopik berasal dari bahasa inggris, yaitu ectopic, dengan akar kata dari bahsa yunani, tpos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan sebagai “berada diluar tempat yang semestinya”. Etiologi kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh terjadinya hambatan pada perjalanan sel telur, dari ovarium ke uterus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari ovarium sisi yang satu, masuk ke seluruh telur sisi seberangnya.
      Kehamilan ektopik merupakan penyebab utama yang keempat dari seluruh mortalitas ibu dan penyebab yang paling lazim dari mortalitas ibu dalam trimester pertama. Lebih dari 95% kehamilan ektopik tumbuh di berbagai anatomi pada tuba falopi, termasuk bagian interstitial 1%, istmus 5%, ampulris 85%, dan infundubularis 9%. Tempat implantasi lain yang jarang adalah servik, ovarium, sampai peritoneum.


Patofisiologi
      Ovum yang telah dibuahi berimplantsi di tempat lain selain di endomatrium kavum uteri. Prinsip patofisiologi : gangguan/interferensi mekanik terhadap ovum yang rtelah dibuahi dalam perjalanannyamenuju kavum uteri. Kejadian ini sering terjadi pada hal-hal berikut ini.
1.      Kelainan tuba atau adanya riwayat penyakit tuba (misalnya salpingitis), menyebabkan oklusi atau kerusakan silia tuba.
2.      Riwayat operasi tuba, sterilisasi, dan sebagainya.
3.      Riwayat penyakit radang panggul lainnya.
4.      Penggunaan IUD yang mencegah terjadinya implantasi intrauterin.
5.      Ovulasi yang multipelakibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro, dan sebagainya.
6.      Abortus provokatus dengan infeksi. Makin sering dilakukan abortus provokatus makin tinggi kemungkinan terjadinya salpingitis.
7.      Adhesi peritubal yang terjadi setelah infeksi apendisitis atau endometritis. Tuba dapat tertekuk atau menyempit.
8.      Pernah menderita kehamilan ektopik sebelumnya.

      Kerusakan tuba lebih lanjut disebebkan oleh pertumbuhan invasif jaringan trofoblas. Oleh karena trofoblas meninvasi pembuluh dsarah dinding tuba, maka terjadi hubungan sirkulasi yang memungkinkan jaringan konsepsi bertumbuh. Pada suatu saat, kebutuhan embiro didalam tuba tidak dapt terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba tersebut.
      Kadang-kadang nidasi juga terjadi di fimbria. Dari bentuk di atas secara sekunder dapat terjadi kehamilan tuba abdominal, tuba ovarial atau kehamilan dalam ligamentum latum. Kehamilan paling sering terjadi dalam ampula tuba. Implantasi telur dapat bersifat kolumnar yaitu implantasi pada puncak lipatan selaput tuba dan telur terletak dalam lipatan selaput lendir. Bila kehamilan pecah,akan pecah ke dalam lumen tuba (abortus tuber).
      Telur juga dapat menembus epitel dan berimplantasi interkolumnar, terletak dalam lipatan selaput lendir, yaitu telur masuk ke dalam lapisan otot tuba karena tuba tidak mempunyai desidua. Bila kehamilan pecah, hasil konsepsi akan masuk ke dalam rongga pritoneum (ruptur tuba). Walaupun kehamilan terjadi di luar rahim, rahim juga akan ikut membesar karena hipertrofi dari otot-ototnya yang disebabkan oleh pengaruh hormon-hormon yang dihasilkan trofoblas, begitu pula endomatriumnya berubah menjadi desidua vera.

Jenis Kehamilan Ektopik
·         Kehamilan tuba
Menurut tempat nidasinya, dibedakan menjadi berikut ini.
1.      Kehamilan ampulla (terjadi dalam ampula tuba)
2.      Kehamilan istmus (terjadi dalam istmus tuba)
3.      Kehamilan interstisial (terjai dalam pars instisialis tuba)
Kehamilan tuba tidak dapat mencapai cakup bulan, biasanya berakhir pada minggu ke-6012, keadaan yang paling sering antara minggu ke-6-8. Berakhirnya kehamilan tuba ada 2 cara, yaitu abortus tuba dan ruptur tuba.


1.      Abortus tuba
      Telur yang terus membesar menembus endosalping (selaput lendir tuba), masuk ke lumen dan dikeluarkan di daerah infundibulum. Hal ini terutama terjadi jika telur berimplantasi di daerah ampulla tuba. Abortus tuba terjaic kira-kira antara minggu ke-6-12.
2.      Ruptur tuba
      Terutama terjadi jika telur berimplantasi di istmus. Pada peristiwa ini, lipatan-lipatan selaput lendir tidak seberapa, jadi besar kemungkinan terjadi implantasi interkolumnar.

·         Kehamilan Servikal
      Kehamilan servikal jarang terjadi. Pada implantasi di serviks, dapat terjadi perdarahan tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan terjadinya abortus spontan sangat besar. Jika kehamilan tumbh sa,pai besar, perdarahan/riptur yang terjadi sangat besar sehingga sering diperlukan tindakan histerektomi total.
Kriteria kehamilan servikal menurut Rubin (1911) adalah sebagai berikut.
1.      Kelenjar serviks harus ditemukan di seberang tempat implantasi plasenta.
2.      Tempat implantasi plasenta harus berada dibawah arteri uterina atau peritoneum viserale uterus.
3.      Janin tidak boleh terdapt di daerah korpus uterus.
4.      Implantasi plasenta di serviks harus kuat.
Kriteria klinis menurut Paalman & McElin (1959) untuk kehamilan servikal adalah sebagai berikut.
1.      Ostium uteri internum tertutup.
2.      Ostium uteri eksternum terbuka sebagian.
3.      Hasil konsepsi terletak didalam endoserviks.
4.      Perdarahan uterus setelah fase amenorea, tanpa disertai nyeri.
5.      Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar daripada fundus (hour-glass uterus).

·           Kehamilan Ovarial
Kehamilan ovarial ditegakan atas dasar kriteria Spiegelberg, yaitu sebagai berikut.
1.      Tuba pada sisi kehamilan harus normal
2.      Kantung janin harus terletak dalam ovarium.
3.      Jantung janin harus dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovari proprium.
4.      Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin
      Pada kenyataannya kriteria ini sulit dipenuhi, karena umumnya telah terjadi kerusakan jaringan ovarium, pertumbuhan profoblas yang luas, dan perdarahan menyebabkan topografi kabur sehingga pengenalan implantasi permukaan ovum sukar ditentukan secara pasti.
·           Kehamilan Interstisial
      Implantasi telur biasanya terjadi dalam pars interstisial tuba. Miometrium memiliki lapisan yang lebih tebal sehingga ruptur terjadi lebih lambat kira-kira terjadi pada bulan 3 atau ke 4. Apabila terjadi ruptur, maka akan terjadi perdarahan yang hebat karena tempat ini baynyak terdapat pembuluh darah sehingga dalam waktu yang singkat dapat terjadi kematian.

·           Kehamilan Abdominal
Kehamilan abdominal terbagi atas dua, yaitu sebagai berikut.
1.      Kehamilan abdominal primer : terjadi bila telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut.
2.      Kehamilan abdominal sekunder : berasal kehamilan tuba dan setelah ruptur baru mengalami kehamilan abdominal.

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
      Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur apabila massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. Sebagian besar penyebabnya belum diketahui.
Gejala yang timbul pada kehamilan ektopik adalah sebagai berikut.

1.      Kehamilan ektopik yang belum terganggu
      Sama sprti hamil muda, namun disertai perdarahan bercak berulang. Tanda tidak umum adanya massa lunak di adneksa dan nyeri goyang pada porsio.
2.      Kehamilan Ektopik terganggu (KET)
      Ditemui kondisi gawat darurat dan abdominal akut seperti pucat/anemis, kesadaran menurun, syok, perut kembung, nyeri perut bagian bawah, dan nyeri goyang pada porsio.
      Pemeriksaan kuldosintesis sangat membantu dalam menegakkan diagnosa KET. Setelah diagnosa ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat.

E.       MOLA HIDATIDOSA
       Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio, tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik.
      Gejala awal tidak beda dengan kehamilan biasa, yaitu mula, muntah, pusing, dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan. Tanda pasti kehamila ballotement dan denyut jantung janin tidak ditemukan. Perdarahan merupakan gejala utama, oleh karena itu, umumnya penderita mengalami anemia. USG sangat membantu dalam diagnosa.



Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan mola adalah evakuasi dan evaluasi.
1.      Setelah diagnosa ditegakkan, harus segera dilakukan vakum kuret.
2.      Pemeriksaan tidak lanjut setelah kuretase perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah molahiatidosa.
3.      Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar ᵝ-hCG normaAl.
4.      Mola hidatidosa dengan resiko tinggi harus diberikan kemoterapi.




REFERENSI
Judul : Asuhan Kebidanan Patologis
Pengarang : Fadlun, Achmad Feryanto
Penerbit :Salemba Medika

nb:
Semoga bermanfaat buat kalian. Terima kasih :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar