KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMILAN
TRIMESTER I
A.
ANEMIA
KEHAMILAN
Anemia oleh orang dewasa awam dikenal
sebagai “kurang darah”. Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia berbeda dengan tekanan darah
rendah. Tekana darah rendah adalah kurangnya kemampuan otot jantung untuk
memompa darah keseluruh tubuh sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah yang
sampai ke otak dan bagian tubuh lainnya.
Anemia kehamilan yaitu ibu hamil dengan
kadar Hb <11g% pada trimester I dan III Hb <10,5g% pada trimester II.
Gejala yang mungkin timbul pada pada anemia adalah keluhan lemah, pucat, dan
pingsan, walaupun tekanan darah masih dalam batas normal. Secara klinik dapat
dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat.
Sebagian besar anemia di Indonesia
penyebabnya adalah kekuranganzat besi. Zat besi adalah salah satu unsur gizi
yang merupakan kompenen pembentuk Hb atau sel darah merah. Oleh karena itu
disebut “Anemia Gizi besi”
Anemia gizi besi dapat
terjadi karena hal-hal berikut ini
1. Kandungan
zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
a. Makanan
yang kaya akan kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani
(seperti : ikan, daging, hati, ayam)
b. Makanan
nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua , yang walaupun kaya
akan zat besi , namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.
2. Meningkatnya
kebutuhan tubuh akan zat besi
a. Pada
masa pertumbuhan sperti anak-anak dan remaja, kebutuhan t
b. ubuh
akan zat bsi meningkat tajam.
c. Pada
masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena diperlukan untuk pertumbuhan
janin, serta untuk kebutuhan ibu sendiri.
d. Pada
penderita penyakit menahun seperti TBC
3. Meningkatnya
pengeluaran zat besi dari tubuh
Perdarahan dapat
menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada pasien dengan penyakit sebagai berikut
.
a. Kecacingan
(terutama cacing tambang). Infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada
dinding usu , meskipun sedikit tetapi terjadi terus-menerus yang mengakibatkan
hilangnya darah atau zat besi.
b. Malaria
pada penderita anemia gizi besi dapat memperberat keadaananemianya.
c. Kehilangan
darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah.
Beberapa damapak anemia
pada kehamilan adalah sebagai berikut.
a. Abortus,
lahir prematur, lamanya waktu partus karena kurang daya dorong rahim,
perdarahan postpartum, rentan infeksi, rawan dekompensasi kordis pada penderita
dengan Hb kurang dari 4g%.
b. Hipoksia
akibat anemia dapat menyebabkan syok bahkan kematian ibu saat persalinan, meskipun
tidak disertai perdarahan.
c. Kematian
bayi dalam kandungan,kematian bayi pada usia yang sangat muda, serta cacat
bawaan.
Pencegahan
dan Tearapi Anemia
1. Meningkatkan
konsumsi makanan bergizi
Makanan yang banyak
mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur)
dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
Makanan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun
katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat bermanfaat
untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
2. Menambah
pasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum Tamblet Tambahan Darah (TTD)
3. Mengobati
penyakit yang menyebabkan atau memperberatanemia seperti : kecacingan, malaria,
dan penyakit TBC.
Tablet
Tambah Darah
Tablet tambah darah adalah tablet besi
folat yang setiap tablet mengandung 200 mg
Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Wanita
mengalami menstruasi sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang
hilang. Wanita yang sedang hamil atau menyusui , kebutuhan zat besinya sangat
tinggi sehingga perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Minumlah 1
tablet tambah darah seminggu sekali dandianjurkan minum 1 tablet setiap hari
selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 tablet tambah darah setiap hari paling
sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40hari setelah melahirkan.
Zat
Besi (Fe)
Zat besi merupakan
mineral mikro yang paling banyak terdapat didalam tubuh manusia, yaitu sebanyak
3-5 gram. Pada tubuh, zat besi merupakan bagian dari hemoglobin yang berfungsi
sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Dengan berkurangnya
Fe, sintesis hemogloblin berkurang dan akhirnya kadar hemoglobin akan menurun.
Beberapa akibat dari kekurangan zat besi
pada kehamilan adalah hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel
otak, kemudian janin, abortus, cacat bawaan, bBayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
anemia pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur, pendarahan, dan rentan
infeksi.
B.
HIPEREMESIS
GRAVIDARUM (HEG)
Hiperemesis gravidarum adalah gejala
mualdan muntah yang berlebihan pada ibu hamil. Istilah hiperemesis gravidarum
dengan gangguan metabolik yang bermakna karena mual dan muntah. Penderita
hiperemesis gravidarum biasanya dirawat di rumah sakit. Etiologinya belum
pasti, diduga ada hubungannya dengan paritas, hormonal, neurologis, metabolik,
sterss psikologis, keracunan, dan tipe kepribadian.
Insiden dari hiperemesis gravidarum
adalah 0,5-10/1.000 kelahamilan.
Kemungkinana terjadinya penyakit ini adalah tinggi pada orang kulit putih
(16-1.000 kelahiran) dan rendah pada orang kulit hitam (7-1.000 kelahiran). penyakit ini rata-rata muncul pada
usia kehamilan 8-12 minggu.
Penyakit hiperemesis gravidarum dibagi
dalam beberapa tingkat yaiut sebagai berikut.
1.
Tingkat 1
Gejala : lemah, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, nyeri epigastrium, nadi meningkat, turgor
kulit berkurang, tekanan darah sistolik menurun, lidah kering, dan mata cekung.
2.
Tingkat 2
Gejala : apatis, nadi
cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik, kadang suhu
sedikit meningkat, oliguria, serta aseton tercium dalam hawa pernafasan.
3.
Tingkst 3
Keadaan umum lebih
rendah lagi, muntah-muntal berhenti,kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma, nadi lebih cepat, tekanan darah lebih turun; komplikasi fatal ensefalopi
Wernicke; nistagmus, diplopia, perubahan mental; dan ikterik.
Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis gravidarum adalah sebagai
berikut
1.
Analisis urine, kultur urine, menilai
peningkatan endapan spesifik, infeksi atau bilirubinuria, HCG urine atau darah.
2.
Darah rutin
3.
Na, Cl, K, glukosa, kreatinin, dan asam
urat
4.
Fungsi hati
5.
Pemeriksaan tiroid
6.
USG untuk menyingkirkan kemungkinan mola
Pengelolah
Pemberian
obat-obatan yaitu dengan obat sedatif, antihistamin, serta vitamin B1 dan B6
sampai antiematik. Penderita diisolasi sampah muntah berhenti dan penderita mau
makan. Berikan terapi psikologi, hilangkan rasa takut pada kehamilan, kurangi
pekerjaan, serta hilangkan masalah dan konfik. Berikan cairan cukup elekrolit,
karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis
sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu, dapat ditambahkan kalim dan vitamin.
Penghentian kehamilan dapat dilakukan bila keadaan memburuk.
C.
ABORTUS
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi
atau berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar (viable),
tanpa mempersoalkan penyebabnya dengan berat badan <500 gram atau umur
kehamilan<20 minggu.
Klasifikasi
Abortus
dapat diklasifikasikan berdasarkan kejadian dan gambaran klinis
1. Berdasarkan
kejadiannya
a. Abortus
spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis,
atau terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri.
b. Abortus
buatan/ Abortus provokatus
(disengaja, digugurkan), dibagi menjadi berikut
· Abortus
buatan menurut indikasi medis (abortus
provocatus artifisialis atau theraupeticus). Abortus ini sengaja dilakukan
sehingga kehamolan dapat diakhiri. Upaya menghilangkan hasil konsepsi dilakukan
atas indikasi untuk menyelematkan jiwa ibu, misa : pemyakit jantung, hipertensi
esensial, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang
terdidi atas dokter ahli kebidanan, penyakit dalam, dan psikiatri/ psikolog.
· Abortus
buatan kriminal (abortus provocatus
criminalis) adalah pengguran kandungan tanpa alasan medis yang sah atau
oleh orang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.
2. Berdasarkan
gambar klinis
a. Abortus
iminens (keguguran mengancam)
Abortus ini baru
mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Ostium uteri tertutup,
uterus sesuai umur kehamilan. Didiagnosis bila seorang wanita hamil <20
minggu mengeluarkan darah sedikit per vaginam. Perdarahan dapat berlanjut
beberapa hari atau dapat berulang. Dapat disertai rasa nyeri perut bawah atau
punggung bawah.
b. Abortus
Insipies (keguguran berlangsung)
Abortus ini sedang berlangsung dan tidak
dapat dicegah lagi. Ostiumterbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya
beberapa jam saja. Abortus insipies didiagnosa apabila wanita hamil ditemukan
perdarahan banyak, kadang,-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri
karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari
pemeriksa daapat masuk dan ketuban dapat teraba. Bisa jadi perdarahan dapat
menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan
infeksi. Oleh karena itu, evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah
mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan kontraindikasi.
c. Abortus
Inkompletus (keguguran tidak lengkap)
Abortus inkomplet didiagnosa apabila
sebagian sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina,
tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta)maih tertinggal didalam
rahim. Serviks sering tetap terbuka karena msih ada benda didalamrahim yang
diangap sebagai benda asing (corpus
alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
mengadakan kontraksi sehingga ibu meradakan myeri.
d. Abortus
Kompletus (keguguran lengkap)
Seluru bayi telah dilahirkan dengan
lengkap, ostium tertutup, uterus lebih kecil dari umur kehamilan atau ostium
terbuka, dan kavum uteri kosong. Pada abortus ini, perdarahan segera berkurang
setelah isi rahim sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh.
Serviks juga dengan segera menutup kemali.
e. Abortus
tertunda ((missed abortion)
Keadaan dimana janin telah mati sebelum
ke-20, tetapi tertanam didalam rahim selama beberapa minggu (8 minggu atau
lebih) setelah janin mati. Saat terjadi kematian janin kadang-kadang ada
perdarahan per vagina dedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens.
Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorbsi air ketuban
dan maserasi janin.
f. Abortus
Habitualis (keguguran berulang)
Abortus yang telah berulang dan
berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut. Kejadiannya
jauh lebih sedikit dari pada abortus spontan (kurang dari 1%)
D.
KEHAMILAN
EKTOPIK
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang
terjadi idluar rongga rahim (kavum uteri). Istilah ektopik berasal dari bahasa
inggris, yaitu ectopic, dengan akar
kata dari bahsa yunani, tpos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat
diartikan sebagai “berada diluar tempat yang semestinya”. Etiologi kehamilan
ektopik biasanya disebabkan oleh terjadinya hambatan pada perjalanan sel telur,
dari ovarium ke uterus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan
oleh terjadinya perpindahan sel telur dari ovarium sisi yang satu, masuk ke
seluruh telur sisi seberangnya.
Kehamilan ektopik merupakan penyebab
utama yang keempat dari seluruh mortalitas ibu dan penyebab yang paling lazim dari
mortalitas ibu dalam trimester pertama. Lebih dari 95% kehamilan ektopik tumbuh
di berbagai anatomi pada tuba falopi, termasuk bagian interstitial 1%, istmus
5%, ampulris 85%, dan infundubularis 9%. Tempat implantasi lain yang jarang
adalah servik, ovarium, sampai peritoneum.
Patofisiologi
Ovum yang telah dibuahi berimplantsi di
tempat lain selain di endomatrium kavum uteri. Prinsip patofisiologi :
gangguan/interferensi mekanik terhadap ovum yang rtelah dibuahi dalam
perjalanannyamenuju kavum uteri. Kejadian ini sering terjadi pada hal-hal
berikut ini.
1. Kelainan
tuba atau adanya riwayat penyakit tuba (misalnya salpingitis), menyebabkan
oklusi atau kerusakan silia tuba.
2. Riwayat
operasi tuba, sterilisasi, dan sebagainya.
3. Riwayat
penyakit radang panggul lainnya.
4. Penggunaan
IUD yang mencegah terjadinya implantasi intrauterin.
5. Ovulasi
yang multipelakibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro, dan
sebagainya.
6. Abortus
provokatus dengan infeksi. Makin sering dilakukan abortus provokatus makin
tinggi kemungkinan terjadinya salpingitis.
7. Adhesi
peritubal yang terjadi setelah infeksi apendisitis atau endometritis. Tuba
dapat tertekuk atau menyempit.
8. Pernah
menderita kehamilan ektopik sebelumnya.
Kerusakan tuba lebih lanjut disebebkan
oleh pertumbuhan invasif jaringan trofoblas. Oleh karena trofoblas meninvasi
pembuluh dsarah dinding tuba, maka terjadi hubungan sirkulasi yang memungkinkan
jaringan konsepsi bertumbuh. Pada suatu saat, kebutuhan embiro didalam tuba
tidak dapt terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba tersebut.
Kadang-kadang nidasi juga terjadi di
fimbria. Dari bentuk di atas secara sekunder dapat terjadi kehamilan tuba
abdominal, tuba ovarial atau kehamilan dalam ligamentum latum. Kehamilan paling
sering terjadi dalam ampula tuba. Implantasi telur dapat bersifat kolumnar
yaitu implantasi pada puncak lipatan selaput tuba dan telur terletak dalam
lipatan selaput lendir. Bila kehamilan pecah,akan pecah ke dalam lumen tuba (abortus tuber).
Telur juga dapat menembus epitel dan
berimplantasi interkolumnar, terletak dalam lipatan selaput lendir, yaitu telur
masuk ke dalam lapisan otot tuba karena tuba tidak mempunyai desidua. Bila
kehamilan pecah, hasil konsepsi akan masuk ke dalam rongga pritoneum (ruptur
tuba). Walaupun kehamilan terjadi di luar rahim, rahim juga akan ikut membesar
karena hipertrofi dari otot-ototnya yang disebabkan oleh pengaruh hormon-hormon
yang dihasilkan trofoblas, begitu pula endomatriumnya berubah menjadi desidua
vera.
Jenis Kehamilan Ektopik
·
Kehamilan tuba
Menurut tempat
nidasinya, dibedakan menjadi berikut ini.
1. Kehamilan
ampulla (terjadi dalam ampula tuba)
2. Kehamilan
istmus (terjadi dalam istmus tuba)
3. Kehamilan
interstisial (terjai dalam pars instisialis tuba)
Kehamilan
tuba tidak dapat mencapai cakup bulan, biasanya berakhir pada minggu ke-6012,
keadaan yang paling sering antara minggu ke-6-8. Berakhirnya kehamilan tuba ada
2 cara, yaitu abortus tuba dan ruptur tuba.
1. Abortus
tuba
Telur yang terus membesar menembus
endosalping (selaput lendir tuba), masuk ke lumen dan dikeluarkan di daerah
infundibulum. Hal ini terutama terjadi jika telur berimplantasi di daerah
ampulla tuba. Abortus tuba terjaic kira-kira antara minggu ke-6-12.
2. Ruptur
tuba
Terutama terjadi jika telur berimplantasi
di istmus. Pada peristiwa ini, lipatan-lipatan selaput lendir tidak seberapa,
jadi besar kemungkinan terjadi implantasi interkolumnar.
·
Kehamilan Servikal
Kehamilan servikal jarang terjadi. Pada
implantasi di serviks, dapat terjadi perdarahan tanpa disertai nyeri, dan
kemungkinan terjadinya abortus spontan sangat besar. Jika kehamilan tumbh
sa,pai besar, perdarahan/riptur yang terjadi sangat besar sehingga sering
diperlukan tindakan histerektomi total.
Kriteria kehamilan
servikal menurut Rubin (1911) adalah sebagai berikut.
1. Kelenjar
serviks harus ditemukan di seberang tempat implantasi plasenta.
2. Tempat
implantasi plasenta harus berada dibawah arteri uterina atau peritoneum
viserale uterus.
3. Janin
tidak boleh terdapt di daerah korpus uterus.
4. Implantasi
plasenta di serviks harus kuat.
Kriteria
klinis menurut Paalman & McElin (1959) untuk kehamilan servikal adalah
sebagai berikut.
1. Ostium
uteri internum tertutup.
2. Ostium
uteri eksternum terbuka sebagian.
3. Hasil
konsepsi terletak didalam endoserviks.
4. Perdarahan
uterus setelah fase amenorea, tanpa disertai nyeri.
5. Serviks
lunak, membesar, dapat lebih besar daripada fundus (hour-glass uterus).
·
Kehamilan Ovarial
Kehamilan ovarial
ditegakan atas dasar kriteria Spiegelberg, yaitu sebagai berikut.
1. Tuba
pada sisi kehamilan harus normal
2. Kantung
janin harus terletak dalam ovarium.
3. Jantung
janin harus dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovari proprium.
4. Jaringan
ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin
Pada kenyataannya kriteria ini sulit
dipenuhi, karena umumnya telah terjadi kerusakan jaringan ovarium, pertumbuhan
profoblas yang luas, dan perdarahan menyebabkan topografi kabur sehingga
pengenalan implantasi permukaan ovum sukar ditentukan secara pasti.
·
Kehamilan Interstisial
Implantasi telur biasanya terjadi dalam
pars interstisial tuba. Miometrium memiliki lapisan yang lebih tebal sehingga
ruptur terjadi lebih lambat kira-kira terjadi pada bulan 3 atau ke 4. Apabila terjadi
ruptur, maka akan terjadi perdarahan yang hebat karena tempat ini baynyak
terdapat pembuluh darah sehingga dalam waktu yang singkat dapat terjadi
kematian.
·
Kehamilan Abdominal
Kehamilan abdominal
terbagi atas dua, yaitu sebagai berikut.
1. Kehamilan
abdominal primer : terjadi bila telur dari awal mengadakan implantasi dalam
rongga perut.
2. Kehamilan
abdominal sekunder : berasal kehamilan tuba dan setelah ruptur baru mengalami
kehamilan abdominal.
Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang
dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur apabila massa kehamilan berkembang melebihi
kapasitas ruang implantasi dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik
terganggu. Sebagian besar penyebabnya belum diketahui.
Gejala yang timbul pada
kehamilan ektopik adalah sebagai berikut.
1. Kehamilan
ektopik yang belum terganggu
Sama sprti hamil muda, namun disertai
perdarahan bercak berulang. Tanda tidak umum adanya massa lunak di adneksa dan
nyeri goyang pada porsio.
2. Kehamilan
Ektopik terganggu (KET)
Ditemui kondisi gawat darurat dan
abdominal akut seperti pucat/anemis, kesadaran menurun, syok, perut kembung,
nyeri perut bagian bawah, dan nyeri goyang pada porsio.
Pemeriksaan kuldosintesis sangat membantu
dalam menegakkan diagnosa KET. Setelah diagnosa ditegakkan, segera lakukan
persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat.
E.
MOLA
HIDATIDOSA
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan
dimana hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio, tetapi terjadi
proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik.
Gejala awal tidak beda dengan kehamilan
biasa, yaitu mula, muntah, pusing, dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya
sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat sehingga pada umumnya
besar uterus lebih besar dari umur kehamilan. Tanda pasti kehamila ballotement
dan denyut jantung janin tidak ditemukan. Perdarahan merupakan gejala utama,
oleh karena itu, umumnya penderita mengalami anemia. USG sangat membantu dalam
diagnosa.
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan
mola adalah evakuasi dan evaluasi.
1. Setelah
diagnosa ditegakkan, harus segera dilakukan vakum kuret.
2. Pemeriksaan
tidak lanjut setelah kuretase perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan
keganasan setelah molahiatidosa.
3. Penundaan
kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar ᵝ-hCG normaAl.
4. Mola
hidatidosa dengan resiko tinggi harus diberikan kemoterapi.
REFERENSI
Judul : Asuhan Kebidanan Patologis
Pengarang : Fadlun, Achmad Feryanto
Penerbit :Salemba Medika
nb:
Semoga bermanfaat buat kalian. Terima kasih :)
nb:
Semoga bermanfaat buat kalian. Terima kasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar