RESUME
KEBUTUHAN
DASAR KEBIDANAN 1
Diajukan unutk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah KDK1
Dosen
Pembimbing :
Githa
Andriani S.SiT, M. Kes
Disusun
Oleh :
Gebriani
Rizka
(16140075)
Kelas
B13.1
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
PRODI
D4 BIDAN PENDIDIK
2016
RESUME BUKU
Judul :
Anatomi & Fisiologi Manusia
Pengarang :
Setiadi
Penerbit :
Graha Ilmu (Cetakan pertama, 2007)
Tempat Penerbit : Yogyakarta
Tahun : 2007
Halaman : 308
CAIRAN
TUBUH
A. Cairan Tubuh
Kompenen terbesar dalam tubuh adalah air
dan air merupakan pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk
suspensi maupun larutan. Air membentuk sekitar 60% berat badan pada orang
dewasa, pada orang tua TBW sekitar 45-50% dari berat badannya.
Tabel 1.1 prosetase cairan tubuh
Jenis
|
Prosentase cairan
tubuh
|
Bayi
(baru lahir)
|
75%
|
Dewasa
pria (20-40 tahun)
|
60%
|
Dewasa
wanita (20-40 tahun)
|
50%
|
Usia
lanjut
|
45-50%
|
B.
Pembagian cairan tubuh
1. Cairan
Intrasel
Cairan intrasel adalah cairan yang berada
di dalam sel, sekitar 40% dari jumlah cairan tubuh.
2. Cairan
Ekstrasel
Cairan ekstrasel adalah cairan yang
berada di luar sel dan cairan ini terus-menerus bercampur. Jumlah total cairan
di dalam ruangan ekstrasel sekitar 20%.
Cairan ekstrasel dapat
dibagi menjadi :
§ Cairan
interstitial, yaitu cairan yang berada dicelah-celah jaringan antar sel.
§ Plasma
(cairan intra vascular), yaitu cairan yang berada dalam pembuluh darah (5%).
§ Cairan
limfe, yaitu cairan yang berada di dalam pembuluh limfe.
§ Cairan
trans seluler, yaitu cairan yang berada ditempat-tempat khusus seperti cairan
serebrospinalis, cairan intraokular, cairan traktus gastro interstinalis, dan
cairan ruang-ruang potensial.
RESUME BUKU
Judul : Kebutuhan Dasar
Manusia (KDM)
Pengarang : Saryono
Anggriyana
Tri Widianti
Penerbit : Nuha Medika (Cetakan
pertama, 2010
Tempat Penerbit : Jl. Ringroad Selatan, Yogyakarta
Tahun : 2010
Halaman : 148
PEMBAHASAN
I
GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN
Gangguan
volume cairan ada 2, yaitu hipovolemik (kekurangan cairan) dan hipervolemik
(kelebihan cairan)
1. Kekurangan
cairan
· Isotonic
: cairan dan ion hilang, penurunan volume darah.
· Hypertonic
: cairan yang hilang lebih besar dan kehilangan ion.
· Hypotonic
: ion yang hilang lebih besar dari kehilangan cairan.
2. Kelebihan
cairan
· Isotonic
(CHF) : hanya ekstrasel yang kelebihan cairan.
· Hypertonic
: jarang terjadi, kelebihan Na, cairan berpindah dari intrasel ke ekstrasel.
· Hypotonic
: water intoxication, life threatening.
PEMBAHASAN
II
GANGGUAN
KESEIMBANGAN ELEKTROLIT
Gangguan
keseimbangan elektrolit
a.
Gangguan keseimbangan
natrium
Terjadi
hiponatremia atau hipernatremia.jika Na menurun , tubuh akan menurunkan eksresi
air untuk mempertahankan osmolalitas serum agar normal.
b.
Gangguan keseimbangan
kalium
Terjadi
hipokalamia karena penggunaan diuretik yang membuang kalium dan hiperkalamia
karena gagal ginjal.
c.
Gangguan keseimbangan
magnesium
Terjadi
hipomagnesemia yang menurunkan iritabilitas nuuromuskular dan hipermagnesemia
yang menurunkan eksitabilitas sel-sel otot.
d.
Gangguan keseimbangan
kalsium.
e.
Gangguan keseimbangan
klorida
Muntah,
drainase nasogastrik atau drainase fistula menyebabkan hipokloremia.
PEMBAHASAN
III
GANGGUAN
KESEIMBANGAN ASAM BASA
Gangguan
keseimbangan asam basa
1.
Asidosis respiratori,
disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukan H2CO3 meningkat
dan disosiasikan asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2.
Alkalosis respiratori,disebabkan
oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3
menurun sehingga pembentukan ion H menurun.
3.
Asidosis metabolik,
asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru,diare akut, DM,
olah raga yang terlalu berat, dll.
4.
Alkalosis metabolik,
terjadi penurunan kadar ion dalam plasma karena defisiensi asam
karbonat,akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat.
PEMBAHASAN
MEKANISME
PENANGANAN GANGGUAN CAIRAN
A.
Definisi
Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu kondisi tubuh yang abnormal di mana
sel-sel tubuh kekurangan cairan. Otot, organ, dan jaringan di dalam tubuh
terdiri dari 70% air, dan air juga sangat penting untuk berbagai proses tubuh.
a. Pengobatan Dehidrasi ringan
1. Dehidrasi ringan dapat diatasi dengan minum cairan
sedikit-sedikit namun dengan interval yang pendek (sering).
2. Untuk bayi dan anak-anak yang muntah atau diare,
berikan rehidrasi oral seperti oralit, yang mana oralit juga sangat dianjurkan
ketika terjadi muntah dan diare.
3. Semua minuman yang mengandung kafein, seperti kopi dan
minuman soda harus dihindari. Kafein akan memperburuk dehidrasi karena menyebabkan
peningkatan potensi buang air kecil.
b.
Pengobatan dehidrasi sedang hingga berat
1. Dehidrasi sedang hingga berat biasanya membutuhkan
rawat inap dan perawatan intensif di rumah sakit.
2. Cairan intravena diberikan berikut penggantian cairan
elektrolit.
3. Elektrolit dan parameter penting lainnya, seperti
tanda-tanda vital harus dipantau secara kontinyu.
4. Untuk kasus dehidrasi yang komplikasinya
sampai mengancam jiwa seperti gagal ginjal dan syok
hipovolemik, maka diperlukan tindakan-tindakan penunjang kehidupan.
Referensi
Internet :
§
Dehydration. Medline
Plus, a service of the National Library of Medicine National Institutes of
Health. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000982.htm.
§
Dehydration. PubMed
Health, a service of the NLM from the NIH.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001977/.
§
What is Dehydration? KidsHealth.org.
http://kidshealth.org/teen/safety/first_aid/dehydration.html.
§
Tierney LM Jr., Saint
S, Whooley MA (Eds.) Current Essentials of Medicine (4th ed.). New York:
McGraw-Hill, 2011.
B. Syok Hipovolemik
Syok
hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah dalam
pembuluh darah yang
berkurang. Kondisi ini yang dapat disebabkan karena akibat terjadi
perdarahan yang masif / kehilangan plasma darah.
Berikut cara penanganan pada
pasien syock hipovolemik :
1.
Lakukan A-B-C (airway-breathing-circulation)
dahulu.
2.
Tinggikan posisi kaki pasien.
3.
Jaga jalur pernafasaan.
4.
Berikan cairan intra vena (infus) 2 - 4 liter dalam
waktu 20 - 30 menit. Seperti cairan infus RL (hati-hati pemberian terlalu cepat
pada pasien asidosis hiperkloremia).
5.
Jika perdarahan atau kehilangan cairan belum bisa
diatasi maka lakukan cek kadar hemoglobin, jika hasilnya < 10 g/dl maka berikan
tranfusi darah.
6.
Pastikan darah sesuai dengan golongan darah pasien
serta disarankan darah yang digunakan sudah menjalani tes uji silang.
7.
Dalam kasus hipovolemik yang berat, pemberian dukungan
inotropik dengan dopam*n, dobutam*n dapat untuk dipertimbangkan agar ventrikel
memiliki kekuatan yang cukup.
8.
Pemberian naloks*n bolus 30 mcg/kg dalam 3 hingga 5
menit lalu dilanjutkan 60 mcg/kg dalam 1 jam kedalam cairan rose 5% bisa
membantu meningkatkan mean arterial pressure (MAP).
9.
selain resusitasi cairan, saluran pernafasan harus
tetap dijaga.
Referensi Internet :
§ Syock
hipovolemik. Ika prasetya wijaya (ed).
2006. BAIPD. E IV. J I. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p
180-30.
§ Shock.
M Basic Trauma Cardiac Life Support. AGD Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Jakarta, 2012. p 73.
MENGHITUNG
TETESAN INFUS
A. Definisi
Infus
Infus atau terapi
intravena merupakan suatu tindakan memasukkan cairan atau obat ke dalam pembuluh
darah vena langsung. Setelah kita berhasil memasang infus, langkah
selanjutnya adalah mengatur tetesan infus sesuai dengan instruksi dokter.
B. Cara Menghitung Tetesan Infus
Dalam
mengitung tetesan infus, ada beberapa rumus yang harus anda ketahui, mulai dari
mencarai berapa tetesan yang harus diberikan dan juga berapa jam cairan infus
habis dalam satu kolf.
1.
Mencari Jumlah Tetesan Infus
Rumus :
Keterangan:
60 merupakan
ketetapan yang sudah ditentukan yaitu 60 menit.
Contoh :
Di UGD datang pasien dengan kondisi
ketoasidosis diabetes. Oleh dokter diinstruksikan protap infus 2 liter habis
dalam 2 jam infus makro. Berapa tetes per menit yang harus diberikan?
Diketahui:
Jumlah
cairan 2 liter atau 2000 cc
Waktu 2 jam
Factor tetesan
20
Jadi:
(2000 x 20)
: (2 x 60)
40.000 : 120
= 333,33
Jadi, dari penghitungan diatas,
didapatkan bahwa dalam 2 jam cairan sebanyak 2000 liter itu akan diberikan
melalui infus dengan tetesan 333 kali per menit atau infus guyur atau kocor.
2.
Mencari Jumlah Jam Infus Dalam 1 Kolf Habis
Rumus :
Keterangan:
60 merupakan
ketetapan yang sudah ditentukan yaitu 60 menit
Contoh:
Ada seorang pasien dating ke rumah sakit.
Instruksi dokter infus cairan RL 500 cc dengan tetesan 20 makro. Berapa jam
infus tersebut habis.
Diketahui:
Jumlah
cairan 500 cc
Tetesan 20
gtt
Factor
tetesan 20 (makro terumo)
Jadi:
(500 x 20) :
(20 x 60)
10000 : 1200
= 8,33
Jadi, dari hasil penghitungan diatas
bahwa infus 500 cc diatas jika di atur dengan tetesan 20 tetes per menit akan
habis dalam 8 jam.
Contoh
Pasien Anak:
Ada pasien anak datang ke UGD dengan
keluhan demam tinggi. Instruksi dokter infus kaen 3 A 1 kolf dengan tetesan 20
tetes permenit mikro. Berapa jam infus tersebut habis.
Diketahui:
Jumlah
cairan 1 kolf atau 500 cc
Tetesan 10
tetes per menit
Factor
tetesan 60 (infus mikro)
Jadi:
(500 x 60) :
20 x 60
30.000 :
1200 = 25
Jadi, didapatkan hasil bahwa 1 kolf kaen
3A tersebut akan diberikan kepada anak dengan tetesan 20 tetes per menit akan
habis dalam wantu 20 jam.
Referensi
Internet : http://www.portalperawat.com/2016/08/cara-menghitung-tetesan-infus-yang-benar.html
JENIS
CAIRAN INTRAVENA
A.
Jenis-Jenis Cairan Intravena
Umumnya terapi cairan yang dapat diberikan berupa cairan kristaloid dan koloid atau kombinasi keduanya. Cairan kristaloid adalah cairan yang mengandung air, elektrolit dan atau gula dengan berbagai campuran. Cairan ini bisa isotonik, hipotonik,dan hipertonik terhadap cairan plasma. Sedangkan cairan koloid yaitu cairan yang BM nya tinggi.
Umumnya terapi cairan yang dapat diberikan berupa cairan kristaloid dan koloid atau kombinasi keduanya. Cairan kristaloid adalah cairan yang mengandung air, elektrolit dan atau gula dengan berbagai campuran. Cairan ini bisa isotonik, hipotonik,dan hipertonik terhadap cairan plasma. Sedangkan cairan koloid yaitu cairan yang BM nya tinggi.
a.
Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid terdiri dari:
Cairan kristaloid terdiri dari:
1. Cairan Hipotonik
Cairan ini didistribusikan ke ekstraseluler dan intraseluluer. Oleh karena itu penggunaannya ditujukan kepada kehilangan cairan intraseluler seperti pada dehidrasi kronik dan pada kelainan keseimbangan elektrolit terutama pada keadaan hipernatremi yang disebabkan oleh kehilangan cairan pada diabetes insipidus. Cairan ini tidak dapat digunakan sebagai cairan resusitasi pada kegawatan. Contohnya dextrosa 5%
Cairan ini didistribusikan ke ekstraseluler dan intraseluluer. Oleh karena itu penggunaannya ditujukan kepada kehilangan cairan intraseluler seperti pada dehidrasi kronik dan pada kelainan keseimbangan elektrolit terutama pada keadaan hipernatremi yang disebabkan oleh kehilangan cairan pada diabetes insipidus. Cairan ini tidak dapat digunakan sebagai cairan resusitasi pada kegawatan. Contohnya dextrosa 5%
2. Cairan Isotonik
Cairan isotonik terdiri dari cairan garam faali (NaCl 0,9%), ringer laktat dan plasmalyte. Ketiga jenis cairan ini efektif untuk meningkatkan isi intravaskuler yang adekuat dan diperlukan jumlah cairan ini 4x lebih besar dari kehilangannya. Cairan ini cukup efektif sebagai cairan resusitasi dan waktu yang diperlukanpun relatif lebih pendek dibanding dengan cairan koloid.8
Cairan isotonik terdiri dari cairan garam faali (NaCl 0,9%), ringer laktat dan plasmalyte. Ketiga jenis cairan ini efektif untuk meningkatkan isi intravaskuler yang adekuat dan diperlukan jumlah cairan ini 4x lebih besar dari kehilangannya. Cairan ini cukup efektif sebagai cairan resusitasi dan waktu yang diperlukanpun relatif lebih pendek dibanding dengan cairan koloid.8
3. Cairan Hipertonik
Cairan ini mengandung natrium yang merupakan ion ekstraseluler utama. Oleh karena itu pemberian natrium hipertonik akan menarik cairan intraseluler ke dalam ekstra seluler. Cairan ini bermanfaat untuk luka bakar karena dapat mengurangi edema pada luka bakar, edema perifer dan mengurangi jumlah cairan yang dibutuhkan, contohnya NaCl 3%
Beberapa contoh cairan kristaloid :
Cairan ini mengandung natrium yang merupakan ion ekstraseluler utama. Oleh karena itu pemberian natrium hipertonik akan menarik cairan intraseluler ke dalam ekstra seluler. Cairan ini bermanfaat untuk luka bakar karena dapat mengurangi edema pada luka bakar, edema perifer dan mengurangi jumlah cairan yang dibutuhkan, contohnya NaCl 3%
Beberapa contoh cairan kristaloid :
·
Ringer Laktat (RL)
Larutan yang mengandung konsentrasi Natrium 130 mEq/L, Kalium 4 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Laktat 28 mEq/L. Sejauh ini Ringer Laktat masih merupakan terapi pilihan karena komposisi elektrolitnya lebih mendekati komposisi elektrolit plasma. Cairan ini digunakan untuk mengatasi kehilangan cairan ekstra seluler yang akut. Cairan ini diberikan pada dehidrasi berat karena diare murni dan demam berdarah dengue. Pada keadaan syok, dehidrasi atau DSS pemberiannya bisa diguyur.
Larutan yang mengandung konsentrasi Natrium 130 mEq/L, Kalium 4 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Laktat 28 mEq/L. Sejauh ini Ringer Laktat masih merupakan terapi pilihan karena komposisi elektrolitnya lebih mendekati komposisi elektrolit plasma. Cairan ini digunakan untuk mengatasi kehilangan cairan ekstra seluler yang akut. Cairan ini diberikan pada dehidrasi berat karena diare murni dan demam berdarah dengue. Pada keadaan syok, dehidrasi atau DSS pemberiannya bisa diguyur.
·
Ringer Asetat
Cairan ini mengandung Natrium 130 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalium 4 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Asetat 28 mEq/l. Cairan ini lebih cepat mengoreksi keadaan asidosis metabolik dibandingkan Ringer Laktat, karena asetat dimetabolisir di dalam otot, sedangkan laktat di dalam hati. Laju metabolisme asetat 250 – 400 mEq/jam, sedangkan laktat 100 mEq/jam. Cairan ini bisa mengganti pemakaian Ringer Laktat.
Cairan ini mengandung Natrium 130 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalium 4 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Asetat 28 mEq/l. Cairan ini lebih cepat mengoreksi keadaan asidosis metabolik dibandingkan Ringer Laktat, karena asetat dimetabolisir di dalam otot, sedangkan laktat di dalam hati. Laju metabolisme asetat 250 – 400 mEq/jam, sedangkan laktat 100 mEq/jam. Cairan ini bisa mengganti pemakaian Ringer Laktat.
·
Glukosa 5%, 10% dan 20%
Larutan yang berisi Dextrosa 50 gr/liter , 100 gr/liter , 200 gr/liter.9 Glukosa 5% digunakan pada keadaan gagal jantung sedangkan Glukosa 10% dan 20% digunakan pada keadaan hipoglikemi , gagal ginjal akut dengan anuria dan gagal ginjal akut dengan oliguria .
Larutan yang berisi Dextrosa 50 gr/liter , 100 gr/liter , 200 gr/liter.9 Glukosa 5% digunakan pada keadaan gagal jantung sedangkan Glukosa 10% dan 20% digunakan pada keadaan hipoglikemi , gagal ginjal akut dengan anuria dan gagal ginjal akut dengan oliguria .
·
NaCl 0,9%
Cairan fisiologis ini terdiri dari 154 mEq/L Natrium dan 154 mEq/L Klorida, yang digunakan sebagai cairan pengganti dan dianjurkan sebagai awal untuk penatalaksanaan hipovolemia yang disertai dengan hiponatremia, hipokloremia atau alkalosis metabolik. Cairan ini digunakan pada demam berdarah dengue dan renjatan kardiogenik juga pada sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium seperti asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal dan luka bakar. Pada anak dan bayi sakit penggunaan NaCl biasanya dikombinasikan dengan cairan lain, seperti NaCl 0,9% dengan Glukosa 5 %.
Cairan fisiologis ini terdiri dari 154 mEq/L Natrium dan 154 mEq/L Klorida, yang digunakan sebagai cairan pengganti dan dianjurkan sebagai awal untuk penatalaksanaan hipovolemia yang disertai dengan hiponatremia, hipokloremia atau alkalosis metabolik. Cairan ini digunakan pada demam berdarah dengue dan renjatan kardiogenik juga pada sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium seperti asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal dan luka bakar. Pada anak dan bayi sakit penggunaan NaCl biasanya dikombinasikan dengan cairan lain, seperti NaCl 0,9% dengan Glukosa 5 %.
b.
Cairan Koloid
Jenis-jenis cairan koloid adalah :
Jenis-jenis cairan koloid adalah :
·
Albumin.
Terdiri dari 2 jenis yaitu:
Terdiri dari 2 jenis yaitu:
1.
Albumin endogen.
2.
Albumin eksogen.
·
HES (Hidroxy Ethyl Starch)
Pada penelitian klinis dilaporkan bahwa HES merupakan volume ekspander yang cukup efektif. Efek intarvaskulernya dapat berlangsung 3-24 jam. Pengikatan cairan intravasuler melebihi jumlah cairan yang diberikan oleh karena tekanan onkotiknya yang lebih tinggi. Komplikasi yang dijumpai adalah adanya gangguan mekanisme pembekuan darah. Hal ini terjadi bila dosisnya melebihi 20 ml/ kgBB/ hari.8
Pada penelitian klinis dilaporkan bahwa HES merupakan volume ekspander yang cukup efektif. Efek intarvaskulernya dapat berlangsung 3-24 jam. Pengikatan cairan intravasuler melebihi jumlah cairan yang diberikan oleh karena tekanan onkotiknya yang lebih tinggi. Komplikasi yang dijumpai adalah adanya gangguan mekanisme pembekuan darah. Hal ini terjadi bila dosisnya melebihi 20 ml/ kgBB/ hari.8
·
Dextran
Campuran dari polimer glukosa dengan berbagai macam ukuran dan berat molekul. Dihasilkan oleh bakteri Leucomostoc mesenteriodes yang dikembang biakkan di media sucrose. BM bervariasi dari beberapa ribu sampai jutaan Dalton.
Ada 2 jenis dextran yaitu dextran 40 dan 70. dextran 70 mempunyai BM 70.000 (25.000-125.000). Dextran 40 mempunyai BM 40.000 tersedia dalam konsentrasi 10% dalam garam fisiologis atau glukosa 5%. Cairan ini digunakan pad penyakit sindroma nefrotik dan dengue syok sindrom. Komplikasi antara lain payah ginjal akut, reaksi anafilaktik dan gangguan pembekuan darah.8
Campuran dari polimer glukosa dengan berbagai macam ukuran dan berat molekul. Dihasilkan oleh bakteri Leucomostoc mesenteriodes yang dikembang biakkan di media sucrose. BM bervariasi dari beberapa ribu sampai jutaan Dalton.
Ada 2 jenis dextran yaitu dextran 40 dan 70. dextran 70 mempunyai BM 70.000 (25.000-125.000). Dextran 40 mempunyai BM 40.000 tersedia dalam konsentrasi 10% dalam garam fisiologis atau glukosa 5%. Cairan ini digunakan pad penyakit sindroma nefrotik dan dengue syok sindrom. Komplikasi antara lain payah ginjal akut, reaksi anafilaktik dan gangguan pembekuan darah.8
·
Gelatin
Cairan ini banyak digunakan sebagai cairan resusitasi terutama pada orang dewasa dan pada bencana alam. Terdapat 2 bentuk sediaan yaitu:
1.Modified Fluid Gelatin (MFG)
2. Urea Bridged Gelatin (UBG)
Kedua cairan ini punya BM 35.000. Kedua jenis gelatin ini punya efek volume expander yang baik pada kegawatan. Komplikasi yang sering terjadi adalah reaksi anafilaksis.
Cairan ini banyak digunakan sebagai cairan resusitasi terutama pada orang dewasa dan pada bencana alam. Terdapat 2 bentuk sediaan yaitu:
1.Modified Fluid Gelatin (MFG)
2. Urea Bridged Gelatin (UBG)
Kedua cairan ini punya BM 35.000. Kedua jenis gelatin ini punya efek volume expander yang baik pada kegawatan. Komplikasi yang sering terjadi adalah reaksi anafilaksis.
Referensi Internet : https://dokmud.wordpress.com/2009/10/25/cairan-intravena/
DAFTAR
PUSTAKA
Setiadi, .(2007). Anatomi & Fisologi
Manusia. Jakarta : Graha Mulia.
Saryono, .(2010). Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM). Yogyakarta : Nuha Medika
Syock hipovolemik. Ika
prasetya wijaya (ed). 2006. BAIPD. E IV. J I. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. p 180-30.
Shock. M Basic Trauma Cardiac Life Support. AGD Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta, 2012. p 73.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar