BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah persalinan wanita akan
mengalami masa puerperium, untuk dapat mengembalikan alat genitalia interna
kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam minggu
atau satu bulan tujuh hari.(Ilmui kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Manuaba, hal 195).
Masa nifas akan menyebabkan
terjadinya perubahan – perubahan pada organ reproduksi. Begitupun halnya dengan
kondisi kejiwaan ( psikologis ) ibu, juga mengalami perubahan. Dari yang semula
belum memiliki anak, kemudian lahirlah seorang bayi mungil nan lucu yang kini
mendampingi ibu. Menjadi orangtua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu
harus mampu melewati masa transisi. Secara psikologi, seorang ibu akan
mengalami gejala – gejala psikiatrik setelah melahirkan.
Masa nifas atau puerperium dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu.
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis,yaitu:
1. Perubahan fisik
2. Involusi uterus dan pengeluaran
lochia
3. Laktasi/pengeluaran ASI
4. Perubahan psiikis
Dalam masa nifas, alat-alat
genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebit
involusi
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari masa nifas ?
2. Apa saja klasifikasi pada masa nifas
?
3. Bagaimana perubahan psikologis pada
masa nifas ?
4. Apa gangguan psikologis masa nifas ?
5. Sebutkan kunjungan pada masa nifas ?
6. Bagaimana peran dan tanggungjawab
bidan pada masa nifas?
C. Tujuan
Agar kita mengetahui cara memberi
asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan tepat dan benar sehingga tidak
terjadi komplikasi, yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian Masa Nifas (Postpartum)
Pengertian Ada beberapa pengertian masa nifas,
diantaranya:
a.
Masa
nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
berikutnya (JHPIEGO, 2002 dalam Wulandari, R, 2011).
b.
Masa
nifas tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir
persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi (Bennet dan
Brown, 1999 dalam Wulandari, R, 2011).
Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara
normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Wulandari, R,
2011).
B. Klasifikasi
Postpartum Nifas
Klasifikasi Postpartum Nifas dibagi
dalam 3 periode (Wulandari, R, 2011)
1.
Puerperium
dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan,
dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.
Puerperium
intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8
minggu. 9 Universita Sumatera Utara
3.
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau tahunan.
C. Adaptasi
Psikologis Postpartum
Ada 3 fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai
orangtua, yaitu fase taking in, fase taking hold, fase letting go (Lubis,
2010).
a.
Fase
taking in
Fase ini merupakan
periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua
setelah melahirkan.Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya
sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.
Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur,
seperti mudah tersinggung.Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungannya.Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga
komunikasi yang baik.
Gangguan
psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah:
·
Kekecewaan
karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya misalnya jenis
kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lain-lain.
·
Ketidaknyamanan
sebagai akibat dari perubahan fisk yang dialami ibu misalnya rasa mules karena
rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri
luka jahitan.
·
Rasa
bersalah karena belum bisa menyusui bayinya. Universita Sumatera Utara
·
Suami
atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan cenderung
melihat tanpa membantu.
b.
Fase
Taking Hold
Fase ini berlangsung
antara 3-10 hari setelah melahirkan.Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir
atau ketidak mampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.Selain itu
perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya
kurang hati-hati.Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merasakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat
diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
c.
Fase
Letting Go
Fase ini merupakan fase
menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya.Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
D. Jenis
Gangguan Psikologis Ibu Postpartum
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
disorder (American Psychiatric Association, 2000) tentang petunjuk resmi untuk
pengkajian dan diagnosis penyakit psikiater, bahwa gangguan yang dikenali
selama postpartum adalah :
1.
Postpartum
Blues
Fenomena pasca postpartum awal atau baby
blues merupakan sekuel umum kelahiran bayi, terjadi hingga 70%
wanita.Postpartum blues, maternity blues atau Universita Sumatera Utara baby
blues merupakan gangguan mood/efek ringan sementara yang terjadi pada hari pertama
sampai hari ke 10 setelah persalinan ditandai dengan tangisan singkat, perasaan
kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat
tidur (Pillitteri, 2003). Bobak (2005) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
postpartum blues adalah perubahan mood pada ibu postpartum yang terjadi setiap
waktu setelah ibu melahirkan tetapi seringkali terjadi pada hari ketiga atau
keempat postpartum dan memuncak antara hari kelima dan ke-14 postpartum yang
ditandai dengan tangisan singkat, perasaan kesepian atau ditolak, cemas,
bingung, gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat tidur.
Ibu postpartum yang mengalami postpartum
blues mempunyai gejala antara lain rasa marah, murung, cemas, kurang
konsentrasi, mudah menangis (tearfulness), sedih (sadness), nafsu makan menurun
(appetite), sulit tidur (Pillitari, 2003; Lyn dan Pierre, 2007 dalam Macmudah,
2010). Keadaan ini akan terjadi beberapa hari saja setelah melahirkan dan
biasanya akan berangsur-angsur menghilang dalam beberapa hari dan masih dianggap
sebagai suatu kondisi yang normal terkait dengan adaptasi psikologis
postpartum. Apabila memiliki faktor predisposisi dan pemicu lainnya maka dapat
berlanjut menjadi depresi postpartum.
2.
Depresi
Postpartum
Gejala yang ditimbulkan antara lain
kehilangan harapan (hopelessness), kesedihan, mudah menangis, tersinggung,
mudah marah, menyalahkan diri sendiri, kehilangan energi, nafsu makan menurun
(appetite), berat badan menurun, Universita Sumatera Utara insomnia, selalu
dalam keadaan cemas, sulit berkonsentrasi, sakit kepala yang hebat, kehilangan
minat untuk melakukan hubungan seksual dan ada ide untuk bunuh diri (Beck,
2001; Lynn dan Pierre, 2007 dalam Macmudah, 2010).
3.
Postpartum
Psikosis
Mengalami depresi berat
seperti gangguan yang dialami penderita depresi postpartum ditambah adanya
gejala proses pikir (delusion, hallucinations and incoherence of association)
yang dapat mengancam dan membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga
sangat memerlukan pertolongan dari tenaga professional yaitu psikiater dan
pemberian obat (Olds, 2000, Pilliteri, 2003, Lynn dan Pierre, 2007).
Tabel 2.1. Perbandingan Jenis Gangguan
Postpartum Blues, Depresi Postpartum dan Postpartum Psikosis
|
Postpartum
Blues
|
Depresi
Postpartum
|
Psikosis
|
Insiden
|
60-80%
|
10-20%
|
3-5%
|
|
Gejala Labilitas mood, mudah
menangis, nafsu makan menurun, gangguan tidur, biasanya terjadi dalam 2
minggu atau kurang dari minggu.
|
Cemas, rasa
kehilangan, sedih, kehilangan harapan (hopelessness), menyalahkan diri
sendiri, gangguan percaya diri, kehilangan tenaga, lemah, gangguan nafsu
makan (appetite), BB menurun, insomnia, rasa khawatir yang berlebihan,
perasaan bersalah dan ada ide bunuh diri.
|
Semua gejala
yang ada di depresi postpartum, ditambah gejala: halusinasi, delusi dan
agitasi.
|
Kejadian
|
1-10 hari setelah melahirkan
|
1-12 bulan
setelah melahirkan
|
Umumnya
terjadi pada bulan pertama setelah melahirkan
|
Tabel 2.1 (Lanjutan)
|
Postpartum
Blues
|
Depresi
Postpartum
|
Psikosis
|
Penyebab
|
Perubahan
hormonal dan perubahan/adany a stressor dalam hidup
|
Ada
riwayat depresi, respon hormonal, kurangnya dukungan sosial
|
.Ada
riwayat penyakit mental, perubahan hormon, ada riwayat keluarga dengan
penyakit bipolar.
|
Tindakan
|
Support
dan empati
|
Konseling
|
Psychotherapy
dan therapy obat
|
Tabel 2.2. Perbandingan Simptom Depresi
Postpartum Berdasarkan Gejala Fisik, Emosional dan Perilaku
Symtom
|
Baby
Blues
|
Depresi
Postpartum
|
Psikosa
|
Fisik
|
Kurang
tidur Hilang tenaga Hilang nafsu makan atau nafsu makan berlebih Merasa lelah
setelah bangun tidur
|
Cepat
lelah Gangguan tidur selera makan menurun Sakit kepala Sakit dada Jantung
berdebar-debar Sesak napas Mual dan muntah
|
Menolak
makan Tidak mampu menghentikan aktivitas Kebingungan akan kelebihan energi
|
Emosional
|
Cemas
dan khawatir berlebih Bingung Mencemaskan kondisi fisik secara berlebihan
Tidak percaya diri Sedih Perasaan diabaikan
|
Mudah
tersinggung Perasaan sedih Hilang harapan Merasa tidak berdaya Mood swings
Perasaan tidak adekuat sebagai ibu Hilang minat Pemikiran bunuh diri Ingin
menyakiti diri sendiri dan orang lain (bayi, diri sendiri dan suami) Perasaan
bersalah
|
Sangat
bingung Hilang ingatan Halusinasi
|
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Symtom
|
Baby
Blues
|
Depresi
Postpartum
|
Psikosa
|
Perilaku
|
Sering
menangis Hiperaktif atau senang berlebihan Terlalu sensitif Perasaan mudah
tersinggung Tidak peduli terhadap bayi
|
Panik
Kurang mampu merawat diri sendiri Enggan melakukan aktivitas menyenangkan
Motivasi menurun Enggan bersosialisasi Tidak perduli pada bayi Terlalu peduli
terhadap perkembangan bayi Sulit mengendalikan perasaan Sulit mengambil
keputusan
|
Curiga
Tidak rasional
|
E. PERBEDAAN DEPRESI DAN DEPRESI POSTPARTUM
2.1. Depresi
Depresi adalah gangguan mood, mood menggambarkan
emosi seseorang, serangkaian perasaan yang menggambarkan kenyamanan atau
ketidaknyamanan emosi. Depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang
biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh, mulai dari
perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tak berdaya
2.2. Gejala-Gejala
Depresi
1.
Gejala
depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat
dikelompokkan sebagai depresi. Dapat dilihat dari segi fisik, segi psikis dan
segi sosial. Gejala Fisik :
a.
Gangguan
pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur)
b.
Menurunnya
tingkat aktivitas. Orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku yang
pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain.
c.
Menurunnya
efisiensi kerja. Orang yang depresi akan sulit mengfokuskan perhatian atau
pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Kebanyakan yang dilakukan justru
hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna.
d.
Menurunnya
produktifitas kerja.
e.
Mudah
merasa letih dan sakit.
2. Gejala Psikis
a.
Kehilangan
rasa percaya diri.
b.
Sensitif
c.
Merasa
diri tidak berguna
d.
Perasaan
bersalah
e.
Perasaan
terbebani
3. Gejala
Sosial
2.3. Jenis-jenis
Depresi
Menurut klasifikasi WHO, berdasarkan tingkat
penyakitnya depresi dapat dibagi menjadi:
a.
Mild
depresian/minor depression dan dysthymic disorder
Pada depresi ringan,
mood yang rendah datang dan pergi dan penyakit datang setelah kejadian
stressful yang spesifik. Individu akan merasa cemas dan juga tidak bersemangat.
Perubahan gaya hidup biasanya dibutuhkan untuk mengurangi depresi jenis ini.
Minor depression ditandai dengan adanya dua gejala pada depressive episode.
b.
Moderate
depression
Pada depresi sedang
mood yang rendah berlangsung terus dan individu mengalami simtom fisik juga
walaupun berbeda-beda tiap individu. Perubahan gaya hidup saja tidak cukup dan
bantuan diperlukan untuk mengatasinya.
c.
Severe
depression/major depression Depresi berat
adalah penyakit yang
tingkat depresinya parah. Individu akan mengalami gangguan dalam kemampuan
untuk bekerja, tidur, makan dan menikmati hal yang menyenangkan dan penting
untuk mendapatkan bantuan medis secepat mungkin. Major depression ditandai
dengan adanya lima atau lebih simtom yang ditunjukkan dalam major depression
episode dan berlangsung selama 2 minggu berturut-turut.
2.4. Depresi
Postpartum
Ø
Definisi
Depresi
adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan
kegembiraan/gairah) disertai dengan gejala-gejala lain, seperti gangguan tidur
dan menurunnya selera makan (Wahyuni, 2010). Depresi postpartum adalah perasaan
sedih akibat berkurangnya kebebasan bagi ibu, penurunan estetika dan perubahan
tubuh, berkurangnya interaksi sosial dan kemandirian yang disertai dengan
gejala sulit tidur, kurang nafsu makan, cemas, tidak berdaya, kehilangan
kontrol, pikiran yang menakutkan mengenai kondisi bayi, kurang memerhatikan
bentuk tubuhnya, tidak menyukai bayi dan takut menyentuh bayinya dimana hal ini
terjadi selama 2 minggu berturut-turut dan menunjukkan perubahan dari keadaan
sebelumnya (Lubis, 2010).
Jadi
dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah salah satu bentuk depresi
yang timbul setelah ibu melahirkan bayi dan berlangsung pada tahun pertama
setelah kelahiran bayi.Hal ini disebabkan karena periode tersebut merupakan
periode transmisi kehidupan yang baru yang cukup membuat stress, dimana ibu
harus beradaptasi perubahan fisik dan psikologis dan sosial yang dialaminya
karena melahirkan dan mulai merawat bayi. Namun tidak semua ibu mampu melakukan
adaptasi dan mengatasi stressor sehingga timbul keluhan-keluhan antara lain
berupa stress, cemas dan depresi.
Ø
Determinan
Depresi Postpartum
Menurut
Kruckman dalam Soep (2008),terjadinya depresi postpartum dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain 1) faktor biologis berupa perubahan kadar hormonal
seperti estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dalam masa melahirkan atau mungkin perubahan hormon tersebut
terlalu cepat atau terlalu lambat; 2) faktor demografi yaitu umur perempuan
yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan
kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu, umur yang tepat
bagi seorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun; 3) faktor
pengalaman, depresi postpartum lebih banyak ditemukan pada perempuan yang baru
pertama kali melahirkan (primipara) bahwa peran seorang ibu dan segala yang
berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya
dan dapat menimbulkan stress; 4) faktor pendidikan, perempuan yang
berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara
tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan
aktivitasnya diluar rumah, dengan peran sebagai ibu rumah tangga dan orang tua
dari anak-anaknya; 5) faktor selama persalinan, hal ini mencakup lamanya
persalinan serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan.
Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka
akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan
yang bersangkutan akan menghadapi depresi postpartum; 6) faktor dukungan sosial
dari suami dan keluarga yang membantu pada saat kehamilan, persalinan, dan
pascasalin, beban seorang ibu sedikit banyak berkurang.
Menurut Pilliterri dalam Regina (2001),
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya depresi postpartum yaitu: 1)
kelelahan setelah melahirkan yang menyebabkan berubahnya pola tidur dan
kurangnya istirahat menyebabkan ibu yang baru melahirkan belum kembali ke
kondisi normal; 2) kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru,
dan perasaan tidak percaya diri untuk dapat merawat bayinya yang baru sementara
masih merasa bertanggung jawab dengan semua pekerjaan yang ada; 3) perasaan
stress dari perubahan dalam pekerjaan maupun rutinitas dalam rumah tangga; 4)
perasaan kehilangan akan identitas, akan kemampuan diri, akan figur tubuh
sebelum kehamilan dan perasaan akan menjadi kurang menarik; 5) kurangnya waktu
untuk diri sendiri sebagaimana yang dillakukan sebelum dan selama kehamilan dan
harus tinggal di dalam rumah dalam jangka waktu yang lama.
Menurut Bownes (2003), yang mengutip pendapat
Pillitteri faktor perubahan fisik yang dapat mempengaruhi keadaan psikologis
ibu yaitu:
a. Involusio Uterus
b. Ekskresi Lochea
c. Perubahan pada Vulva, Vagina dan
Perineum
d. Perubahan Sistem Endokrin Keadaan hormon
plasenta menurun dengan cepat
2.5. Diagnosis
Depresi Postpartum
Gejala depresi seringkali timbul
bersamaan dengan gejala kecemasan dengan keluhan seperti sukar tidur, merasa
bersalah, kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran mau bunuh diri.Menurut
Vandenburg (dalam Cunningham, dkk, 1995) menyatakan bahwa keluhan dan gejala
depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan depresi
lainnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Ling dan Duff (2001), bahwa gejala
depresi postpartum yang dialami 60% wanita mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
a.
Mimpi
buruk Karena mimpi-mimpi yang menakutkan, individu sering terbangun sehingga
dapat mengakibatkan tidak dapat tidur kembali.
b.
Insomnia,
biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya seperti
kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup
manusia.
c.
Phobia,
rasa takut yang irrasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan atau ditekan oleh ibu, biarpun diketahuinya bahwa hal itu
irrasional adanya.
d.
Kecemasan,
ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan
terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagaian besar tidak
diketahuinya.
e.
Meningkatnya
sensitivitas. Periode pasca melahirkan meliputi banyak sekali penyesuaian diri
dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari
persalinan, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar merasa
puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya
pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir atau waktu
tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu.
f.
Perubahan
mood, depresi postpartum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu
makan, sedih-murung, terganggu dengan perubahan fisik,sulit konsentrasi,
melukai diri, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan
untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Disisi lain kadang
ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis
terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan
perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar-benar
memusuhi bayinya
2.6. Penatalaksanaan
Depresi Postpartum
Menurut Albin (dalam Soep, 2008), banyak perempuan
tidak mau bercerita bahwa mereka menderita depresi postpartum, karena merasa
malu, takut dan merasa bersalah karena merasa depresi disaat seharusnya merasa
bahagia, dan takutdikatakan tidak layak untuk menjadi ibu, ada beberapa bantuan
yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi tersebut antara lain :
1)
Banyak
istirahat sebisanya, tidurlah selama bayi tidur.
2)
Hentikan
membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendiri. Kerjakan apa yang
dapat dilakukan dan berhenti saat merasa lelah
3)
Mintalah
bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan pemberian makan pada malam
hari, mintalah pada suami untuk mengangkat bayi untuk disusui saat malam hari
sehingga ibu dapat menyusui di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak.
4)
Bicarakan
dengan suami, keluarga, teman, mengenai perasaan yang dimiliki.
5)
Jangan
sendirian dalam jangka waktu lama, pergilah keluar rumah untuk merubah suasana
hati.
6)
Bicaralah
dengan ibunda agar dapat saling bertukar pengalaman. Universita Sumatera Utara
7)
Ikuti
group support untuk perempuan dengan depresi melalui edukasi.
8)
Jangan
membuat perubahan hidup yang sangat drastis selama kehamilan seperti pindah
pekerjaan, pindah rumah, memulai usaha baru, merenovasi atau membangun rumah.
Pencegahan terjadinya gangguan
psikologis selama periode postpartum adalah dengan mengurangi faktor resiko
terjadinya gangguan tersebut, yaitu (Anonim dalam Macmudah, 2008) :
1.
Pemberian
dukungan dari pasangan, keluarga, lingkungan maupun professional selama
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
2.
Mengkaji
riwayat adanya gangguan psikologis pada ibu hamil dan ibu postpartum, sehingga
jika terjadi gejala dapat dikenali dengan segera.
3.
Mengkonsumsi
makanan sehat, istirahat dan berolah raga minimal 15 menit setiap hari dan
menjaga suasana hati tetap baik.
4.
Mencegah
pengambilan keputusan yang berat selama hamil.
5.
Mempersiapkan
diri secara mental terkait dengan perubahan fisik dan psikis kehamilan dan
persalinan.
6.
Menyiapkan
seseorang untuk membantu pekerjaan dirumah.
7.
Jika ada resiko
mengalami gangguan psikologis, lakukan pengobatan profilaksis dan therapy
psikologis selama kehamilan untuk mencegah dan menghilangkan gangguan.
Menurut Erikania (1999), yang harus
dilakukan jika seseorang mengalami perasaan negatif dan kacau setelah
melahirkan, yaitu :
·
tanamkan
dalam pikiran sesuatu yang positif dari gejala-gejala yang dirasakan setelah
melahirkan;
·
carilah
waktu istirahat sebanyak mungkin, berhentilah memaksa diri sendiri melakukan
segala sesuatuagar dapat tidur dengan nyenyak dan perhatikan asupan makanan;
·
jangan
menghabiskan waktu sendirian sesekali luangkan waktu untuk berduaan saja dengan
suami. Mencurahkan perasaan pada suami, keluarga sahabat akan membantu
seseorang yang depresi mengeluarkan perasaan tertekan yang dialaminya;
·
kalau
anda sering menangis tanpa sebab jangan memaksa untuk mencari jawabannya,
manfaatkan air mata yang keluar untuk mengikis perasaan khawatir yang mengendap
di dalam hati;
·
bila
gejala-gejala depresi tersebut tidak hilang dalam waktu dua minggu, sebaiknya
carilah bantuan tenaga profesional.
2.7.Landasan
Teori
Landasan teori adalah teori Kohler
dengan teori kognitifitas.Teori kognifitas mengatakan bahwa pembentukan
perilaku manusia adalah respon kognitif terhadap stimulus, seperti pengamatan,
pengetahuan, ide-ide, atau keyakinannya.Dalam pembentukan perilaku, manusia
lebih banyak berperan aktif dalam mencapai tujuannya.Jadi manusia itu sendiri
yang menentukan arah perilaku.Pembentukan perilaku adalah hasil respons dari
stimulus-stimulus dari organisme yang bersangkutan.
|
Keterangan:
S →O-R
R = F (S, O)
R = Respon
F = function
S = stimulus
O = organisme
2.8. Kerangka
Konsep
Variabel
Independen Variabel
Dependen
Konsep Diri
Negatif - Diri Fisik (Physical Self) - Diri Moral Etik (MoralEthical Self) -
Diri Pribadi (Personal Self) - Diri Keluarga (Family Self) - Diri Sosial
(Social Self)
|
|
||||
BAB III
TINJAUAN KASUS
Seorang
ibu Ny.A umur 31 tahun melahirkan anak ke tiga pada tanggal 7 Juli 2014 datang
ke Klinik Mitra 2 minggu setelah melahirkan dengan keluhan sangat
merasa sedih, tidak ingin melihat apalagi mendekati bayinya, karena lahir bayi
perempuan, ibu tidak nafsu makan, merasa
lelah yang berlebihan dan
tidak bisa tidur. Hasil pemeriksaan fisik, TD: 110/70
mmHg, nadi: 90 x/menit, suhu: 36oC, pernafasan: 24 x/menit
ASUHAN
KEBIDANAN PADA NY.A P3A0AH3 DENGAN POSTPARTUM
DI KLINIK
MITRA GUNUNG KIDUL
I.
PENGUMPULAN
DATA DASAR
Pengkajian
dilakukan pada hari jumat tanggal 21 Juli 2014 pukul 14.00 WIB
A. Data Subyektif
1.
IDENTITAS/BIODATA
Nama pasien : Ny. A Nama
Pasien : Tn. B
Umur :
31 tahun Umur : 35 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Wonosari No. 14 Alamat : Wonosari No.14
2.
KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan 2 minggu yang lalu
mengeluh sangat merasa sedih, tidak ingin melihat apalagi mendekati bayinya,
karena lahir bayi perempuan, ibu tidak nafsu makan merasa lelah yang berlbihan
dan tidak bisa tidur.
3.
RIWAYAT PERSALINAN
Anak lahir tanggal :
7 Juli 2014 pukul 12.30 WIB
Jenis kelamin :
Perempuan
Jenis persalinan :
spontan
No
|
Keadaan
|
Uraian
|
Jumlah Perdarahan
|
Lamanya
|
1.
|
Kala I
|
Lamanya 5 jam
|
Blood slym
|
4 jam 45 menit
|
2.
|
Kala II
|
Pukul 12.30 WIB, persalinan
spontan jenis kelamin perempuan, BB 3500 gram, PB 48 sm, apgar score 10
rupture perenium tidak ada
|
50 cc
|
15 menit
|
3.
|
Kala III
|
Plasenta lahir pukul 12.45 dengan manajemen
aktif kala III, berat plasenta 500 gr, panjang tali pusat 20 cm, kotiledon
dan fisik lengkap
|
150 cc
|
125 menit
|
4.
|
Kala IV
|
Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi baik, tidak ada nyeri tekan, TD : 120/70 mmHg, RR : 20
x/menit, suhu : 36, pols 80 x/menit
|
100 cc
|
2 jam
|
4.
RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat
kesehatan yang lalu
-
Klien tidak pernah menderita
penyakit menular, misal : HIV /AIDS, Hepatitis B
-
Klien tidak
pernah menderita penyakit menahun, misal : asma
-
Klien tidak
pernah menderita penyakit menurun, misal : hipertensi, DM
-
Klien tidak
mempunyai alergi terhadap makanan / minuman dan obat-obatan
-
Klien depresi
setiap melahirkan
Riwayat
kesehatan suami / keluarga
-
Klien tidak
pernah menderita penyakit menular, misal : HIV /AIDS
-
Klien tidak
pernah menderita penyakit menahun, misal : asma
-
Klien tidak
pernah menderita penyakit menurun, misal : hipertensi, DM
Keadaan
psikososial budaya
Suami klien mengatakan istrinya
terlihat murung , tampak sedih , tidak mau makan dan tidak mau menyusui anaknya
sejak 4 hari yang selamat. Suami dan keluarga
mendukung kelahiran bayinya. Hubungan ibu dan masyarakat baik
5.
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Pola Nutrisi
Selama Hamil :
Ibu
mengatakan makan 3 kali sehari, dengan porsi 1
piring nasi, ½ mangkuk sayur, lauk-pauk, tempe, tahu, kadang ikan/ayam. Ibu
sering minum susu, nafsu makan ada, minum 6-8 gelas/hari
Selama Nifas
:
Ibu
mengatakan makan 2 kali sehari, dengan porsi ½
piring nasi, ¼ mangkuk sayur, lauk-pauk, tempe, tahu, kadang ikan/ayam. Ibu
sering minum susu, nafsu makan ada, minum 6-8 gelas/hari
b. Personal Hygiene
Selama Hamil
Ibu mengatakan Mandi 2 x sehari, ganti pakaian 2 x
sehari, keramas 3 x sehari minggu.
Selama Nifas
Ibu mengatakan Mandi 1 x sehari, ganti pakaian 2 x
sehari, keramas 1 x seminggu.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Selama Hamil : Ibu mengatakan
tidur 7-8 jam/ hari
Selama Nifas : ibu mengatakan
sulit tidur , tidur 4-5 jam/ hari
d. Pola Aktivitas
Selama hamil
Ibu mengatakan bekerja dan
beraktifitas seperti biasa dengan sendiri
Selama nifas
Ibu mengatakan masih perlu
bantuan untuk berkatifitas
e. Pola Eliminasi
Selama hamil
Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari,
BAK 6-8 kali sehari, jumlah banyak, warna jernih
Selama nifas
Ibu mengatakan BAB 2 kali sehari,
BAK 3-4 kali sehari, jumlah banyak, warna jernih
6.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan ibu sekarang adalah sulit
tidur, cemas, tidak nafsu makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat
bayinya, tidak perhatian pada bayinya dan penampilannya.
7.
Keadaan Psikologi
Ibu sedih tidak mau melihat atau
merawat bayinya karena bayi lahir perempuan, ibu cemas takut suami dan keluarga
tidak menyukai bayinya.
B. Data
Objektif
a.
Pemeriksaan
Umun
1. Keadaan Umum : ibu tampak kusut dan lemah
2. Kesadaran : Composmentis
Tanda – Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36 ºC
Nadi : 90 x / Menit
Respirasi : 24 x / Menit
b.
Pemeriksaan Fisik
1.
Rambut : hitam, pendek, agak lepek
2.
Wajah : tidak ada odema dan cloasma gravidarum
3.
Mata : konjungtiva agak pucat, sklera tidak ikhterik, tidak ada
pembengkakan
4.
Hidung : simetris, bersih, tidak ada peradangan, tidak ada polip,
fungsi penciuman normal
5.
Mulut : kurang bersih, terdapat stomatitis, tidak ada caries,
pengecapan baik
6.
Telinga : simetris kanan/kiri, keadaan bersih, pendengaran normal
7.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
8.
Dada : simetris kanan/kiri, gerakan dada saat inspirasi dan
ekspirasi seirama, tidak terdengar ronchi, tidak terdengar wheezing, suara
nafas baik, jantung tidak ada mur-mur
9.
Payudara : simetris kanan/lkiri, puting menonjol, tidak ada benjolan, keadaan
kurang bersih, terjadi pembengkakan
10.
Abdomen : TFU tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, terdapat strie
gravidarum
11.
Genetalia : genetalia kurang bersih, tidak ada luka heating, lochea alba, tidak
ada odema dan hemoroid
12.
Ekstremitas :
Atas : simetris kanan/kiri, tidak ada cacat, bebas digerakan,
lengkap, kurang bersih, kuku jari tangan panjang-panjang dan kotor
Bawah : simetris kanan/kiri, tidak ada cacat, bebas digerakan,
lengkap, kurang bersih, kuku pada jari kaki panjang dan kotor, tidak ada
varises dan odema
II.
INTERPRESTASI DATA
A. Diagnosa
Ibu P3A0AH3 postpartum 2 minggu
dengan depresi postpartum
Dasar :
Ibu P3A0AH3 postpartum tanggal 21
Juli 2014 pukul 14.00 WIB
Ibu mengatakan sulit tidur, tidak
nafsu makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat bayinya, tidak mau
mendekati bayinya, tidak ada perhatian terhadap penampilannya dengan keadaan
ibu yang kotor dan lemah.
B. Masalah
1.
Gangguan pemenuhan nutrisi
Dasar :
a.
P3A0AH3 postpartum tanggal 21 Juli
2014 pukul 14.00 WIB
b.
Ibu tidak nafsu makan
c.
Ibu makan 2 kali sehari dengan
porsi ½ piring nasi, ¼ mangkuk sayur
dan lauk pauk
2.
Gangguan pola istirahat
Dasar :
a.
P3A0AH3 postpartum tanggal 21
Juli 2014 pukul 14.00 WIB
b.
Ibu mengatakan sulit tidur, tidur
4-5 jam sehari
c.
Ibu tidak pernah tidur siang
3.
Gangguan personal hygiene
Dasar :
a.
Ibu tidak pernah perhatian
terhadap dirinya dengan keadaan tubuh yang kotor
b.
Ibu tidak mandi 1 kali seminggu
c.
Ibu keramas 1 kali seminggu
d.
Ibu tidak mau merawat diri
C. Kebutuhan
1.
Informasi perawatan bayi
sehari-hari
2.
Pemenuhan nutrisi ibu nifas
3.
Penyuluhan pesonal hygiene
4.
Penanganan depresi postpartum
III.
IDENTIFIKASI
DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
1.
Potensi Terjadi Depresi Berat
Dasar :
a.
Ibu sulit tidur
b.
Ibu merasa sedih
c.
Ibu tidak mau melihat apalagi
mendekati bayinya
d.
Ibu tidak ada perhatian terhadap
penampilan dirinya
2.
Potensial mastitis dan abses
Dasar :
a.
Keadaan payudara yang kotor
b.
Air susu yang tidak disusukan
pada bayinya
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA KONSULTASI DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter atau psikiater untuk mendapat terapi
V. PERENCANAAN ASUHAN
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini
a. Jelaskan pada ibu bahwa ibu menderita depresi postpartum yaitu depresi setelah melahirkan karena tidak menginginkan anak perempuan
b. Libatkan keluarga unutk membantu ibu beristirahat, melakukan aktivitas dan melakukan interaksi dengan bayinya.
2. Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital
a. Memantau keadaan ibu apakah masih lemah dan kusut
b. Memantau TD, nadi, suhu, dan pernafasan ibu
3. Bantu ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dan personal hygiene
a. Anjurkan ibu untuk makan 3 kali sehari dengan menu yang sehat dan bergizi
b. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dengan mandi sehari 2 kali, keramas 2 hari 1 kali, memotong kuku dan membersihkan payudara.
4. Ajarkan tentang perawatan bayi
a. Ajarkan cara memandikan bayi
b. Ajarkan tentang cara perawatan tali pusat
c. Ajarkan pada ibu tentang pemenuhan nutrisi yang baik untuk bayi
5. Libatkan keluarga dan teman-teman terdekatnya untuk memberi dukungan dan semangat
6. Jelaskan faktor-faktor yang memperberat depresi dan cara penanganannya
a. Jelaskan hal-hal lain yang bisa menambah berat depresi
b. Ajarkan ibu bagaimana cara penanganan depresi postpartum
7. Kolaborasi dengan dokter atau psikiater
VI. IMPLEMENTASI ATAU PELAKSANAAN
1. - Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini bahwa ibu menderita depresi postpartum, yaitu depresi setelah melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan hormonal, dukungan sosial, emotional relation ship (teman dekat) komunikasi dan kedekatan, struktur keluarga, antropologi, perkawinan, demografi, psikososial dan lingkungan.
- Menjelaskan pada ibu bahwa ibu mengalami depresi karena tidak menghendaki lahirnya anak perempuan, oleh krena itu beri penjelasan pada ibu bahwa anak perempuan maupun laki-laki sama saja, karena sama-sama titipan tuhan.
2. Mengobservasi keadaan ibu, yaitu TD, nadi, suhu, dan pernafasan ibu, melihat apakah ibu masih lemah
3. Membantu ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dan personal hygiene dengan cara menganjurkan ibu untuk makan 3 kali sehari dengan menu yang sehat dan begizi, ibu bisa makan nasi dengan lauk, seperti tempe, tahu, telor, ikan atau daging. Ibu anjurkan banyak makan buah untuk memulihkan keadaan.
4. Menganjurkan ibu tentang perawatan bayi yang benar, mandi lap, dan mandi rendam. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat dengan kasa steril, kasa tidak boleh basah dengan alkohol atau betadin. Alkohol atau betadin hanya diolesi dengan contenbooth.
5. Menganjurkan keluarga dan teman teman terdekat untuk membantu ibu menjalani interaksi dengan anaknya dengan cara menggendong bayinya dan menyusuinya.
6. Menjelaskan pada ibu bahwa ada beberapa yang dapat memperberat depresi postpartum antara lain :
a. Ketidakseimbangan hormon yang semakin meningkat
b. Lingkungan keluarga yang tidak mendukung
c. Semangat ibu untuk sembuh sendiri
Dan mengajarkan cara penangan depresi postpartum yaitu:
a. Batasi pengunjung jika kehadiran mereka mengganggu istirahat
b. Untuk sementara ini hindari konsumsi coklat atau gula berlebihan karena dapat memicu depresi
a. Perbanyak mendengar musik favorit agar merasa rileks, disarankan musik-musik yang menenangkan
c. Lakukan olahraga atau latihan-latihan ringan
d. Sesekali berpergianlah agar tidak bosan
e. Dukungan dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.
VII. EVALUASI
1. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini
2. Keadaan umumibu lemah, kesadaran composmentis
3. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Suhu : 36oC
RR : 24 x/ menit
4. Ibu mengerti hal-hal yang dijelaskan dan mau melakukan hal-hal yang dianjurkan oleg bidan
5. Ibu mandi sore, tapi belum untuk mencuci rambutnya
6. Ibu masih belum mau makan
CATATAN PERKEMBANGAN 28 hari setelah persalinan
Tanggal 18 Agustus 2014, pukul 16.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan sudah nafsu makan
2. Ibu mengatakan sudah mulai menyayangi bayinya dan mau marawatnya
3. Ibu mengatakan sudah mulai memperhatikan diri dan pesonal hygiene
O :
1. Keadaan umum ibu baik
2. Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 20 x/menit
3. Ibu makan selalu dihabiskan, ibu tampak bersih dan rapi, ibu sudah menyusui anaknya, eliminasi BAK 5-6 x/hari BAB 2 hari sekali, TFU sudah tidak teraba, pengeluaran pervaginam lochea alba, dan ASI sudah keluar
A :
1. Depresi postpartum sudah berkurang
2. Penyuluhan tentang ASI ekslusif
3. Penyuluhan tentang KB
P :
1. Latihan terapi dengan konseling bidan ke ibu, dan dengan tujuan ibu untuk berinteraksi dengan bayinya agar timbul rasa sayng
2. Anjurkan ibu tetap menyusui anaknya
3. Anjurkan ibu untuk tetap melaksanakan apa yang telah dianjurkan oleh bidan
4. Anjurkan ibu untuk terap menjaga personal hygiene
5. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi sehari-hari
6. Jelaskan jenis-jenis alat kontrasepsi yang dapt menjarangkan kehamilan
7. Jelaskan keuntungan dan kerugian tiap-tiap alat kontrasepsi
8. Anjurkan pada ibu untuk mendiskusikan kepada suami alat kontrasepsi apa yang akan dipilih.
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan Kebidanan Pada Ny. A P3A0AH3 dengan postpartum di Klinik Mitra
Gunung Kidul.
A.
Pengkajian
Pada
pengkajian yang dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan pasien pada
NY.A Umur 31 tahun P3A0AH3
dengan postpartum didapatkan hasil yaitu:
Data
Subjektif
1.
Umur
a.
Menurut Tinjauan Teori
Umur
dikatakan berpengaruh / memiliki resiko jika <20 tahun karena alat-alat
reproduksi belum matang dan psikis yang belum siap dan >35 tahun rentan
sekali terjadi komplikasi-komplikasi dalam kehamilan dan perdarahan dalam masa
nifas, jadi usia reproduktif (subur) seorang wanita yang baik dalam siklus
reproduksi berkisar dari usia 20-35 tahun
b.
Menurut Tinjauan Kasus
Pada
tinjauan kasus didapatkan umur Ny. A 31 tahun.
c.
Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan
tinjauan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan. Hal ini terlihat dari Ny.A
yang berusia 31 tahun, usia Ny.A adalah usia reproduktif (subur) seorang wanita
yang baik dalam siklus reproduksi, berkisar dari usia 20-35 tahun
2.
Keluhan Utama
Suami pasien mengatakan sejak
melahirkan anak ketiga pada tanggal 7 Juli 2014, 2 minggu
postpartum istrinya terlihat sedih, tidak ingin melihat bayinya
apalagi mendekati bayinya karena lahir bayi perempuan, ibu itdak nafsu makan, merasa
lelah yang berlebihan dan tidak bisa tidur.
a.
Tinjauan teori :
Depresi berat post partum adalah
depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30
hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Gejala yang menonjol dalam depresi
berat post partum adalah trias depresi
yaitu:
1.
Berkurangnya energy
2.
Penurunan efek
3.
Hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff(2001) mengatakan bahwa
gejala depresi berat post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik
dan spesifik antara lain:
1.
Trauma terhadap intervensi medis
yang terjadi
2.
Kelelahan dan perubahan mood
3.
Gangguan nafsu makan dan gangguan
tidur
4.
Tidak mau berhubungan dengan orang
lain
5.
idak mencintai bayinya dan ingin
menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
b.
Menurut Tinjauan Kasus
Pada tinjauan kasus didapatkan
ibu terlihat terlihat sedih, tidak ingin
melihat bayinya apalagi mendekati bayinya karena lahir bayi perempuan, ibu
itdak nafsu makan, merasa lelah yang berlebihan dan tidak bisa tidur.
c.
Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan
tinjauan kasus diatas ibu didapatkan adanya kesenjangan. Hal ini dapat
didilihat 2 minggu setelah melahirkan anak ketiga pada tanggal 7 Juli 2014 ibu terlihat sedih, tidak ingin melihat bayinya apalagi
mendekati bayinya karena lahir bayi perempuan, ibu itdak nafsu makan, merasa
lelah yang berlebihan dan tidak bisa tidur.
Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil dari
pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi, bahwa 28 hari setelah
persalinan ibu mengatakan sudah nafsu makan, ibu mulai menyayangi bayinya dan
mau merawatanya, ibu sudah mulai memperhatikan diri dan personal hygiene
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Masa nifas (puerperium) adalah masa
setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum
hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
Ada 3 fase
penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orangtua, yaitu
·
fase
taking in,
·
fase
taking hold,
·
fase
letting go
Jenis
Gangguan Psikologis Ibu Postpartumyaitu :Postpartum
Blues, Depresi Postpartum, Postpasrtum Psikosis
Depresi
Depresi adalah gangguan mood, mood
menggambarkan emosi seseorang, serangkaian perasaan yang menggambarkan
kenyamanan atau ketidaknyamanan emosi. Depresi adalah suatu perasaan sendu atau
sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh,
mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tak berdaya
Depresi Postpartum
Depresi postpartum adalah salah satu bentuk depresi
yang timbul setelah ibu melahirkan bayi dan berlangsung pada tahun pertama
setelah kelahiran bayi
B. SARAN
1.
Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-
hari.
2.
Bagi Petugas - petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya
dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan
health education dalam perawatan psien dengan depresi postoatum
Daftar Pustaka
3.
http://marsupilami13.blogspot.co.id/2013/04/askeb-depresi-post-partum_6311.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar