MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
Dosen Pengampu : Novi Indrayani
Mata Kuliah : Ilmu Sosial Budaya Dasar
Kelompok 6
1.
Ni Luh Eka
Febrianti 16140052
2.
Srigita
Dewiyana Herlyn 16140074
3.
Fitri Sari
Astriyani 16140106
4.
Gebriani
Rizka 16140075
5.
Elisabeth
Claudia DY DC16140080
6.
Efriyanti 16140116
7.
Kiki
Karmianti 16140046
8.
Dwi Ayu
Pamungkas 16140065
9.
Kusnul
Khotimah 16140107
10. Indri Balina BR Panda 16140115
11. Ana Krisnawati 16140073
12. Roberta Desi Ratnasari 16140053
13. Maria Mincelina Kewa 16140050
14. Selly S.
Program
Studi DIV Bidan Pendidik
Fakultas
Ilmu Kesehatan
Universitas
Respati Yogyakarta
Tahun Ajaran
2017/2018
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DUKUN
BAYI” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Ilmu Sosial
Budaya Dasar”.
Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami
dan mengetahui bagaimanakah sebenarnya tentang pertolongan Dukun dalam
menolong persalinan dan masih banyak lagi. Semoga makalah ini dapat berguna
untuk para pembaca pada umumnya dan untuk penulis pada khususnya. Penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu. Penulis
juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik
lagi.
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
2.1 Pengertian Dukun Bayi...........................................................................3
1.1.1 Pengertian Dukun Bayi...........................................................................3
1.1.2 Jenis-Jenis Dukun Bayi...........................................................................3
1.1.3 Ciri-Ciri Dukun Bayi..............................................................................3
1.1.4 Faktor-Faktor Masyarakat Lebih Memilih Dukun
Bayi.........................4
1.1.5 Batas Kewenangan Dukun Bayi.............................................................5
2.2 Peran Bidan Dan Dukun Bayi Dalam
Pelaksanaan Kemitraan..............6
BAB III PENUTUP.........................................................................................10
3.1 Kesimpulan...........................................................................................10
3.2 Saran......................................................................................................11
PENDAHULUAN
Pertolongan persalinan oleh dukun
bayi yaitu proses persalinan yang di bantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa
di kenal dengan istilah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun
bersalin, dukun peraji. Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya
dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi wanita. Ia selalu membantu
pada masa kehamilan, mendampingi wanita saat bersalin, sampai persalinan
selesai dan mengurus ibu dan bayinya dalam masa nifas.
Dukun bayi biasanya seorang wanita
sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga
atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan tentang
fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat
terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk
mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya
berdasarkan pengalaman dan kurang professional. Berbagai kasus sering menimpa
seorang ibu atau bayinya seperti kecacatan bayi sampai pada kematian ibu dan
anak.
Dalam usaha meningkatkan pelayanan
kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun
untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam
menolong persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan. Dukun bayi
yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama
dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan
(Prawirohardjo, 2005).
a. Apa itu dukun bayi ?
b. Bagaimana ciri – ciri dukun bayi ?
c. Apa saja faktor – faktor penyebab
mengapa masyarakat lebih banyak memilih dukun daripada bidan ?
d. Bagaiman kewenangan dukun bayi ?
e. Bagaimana peran bidan dan dukun
dalam pelaksanaan kemitraan ?
1. Mengetahui Apa itu dukun bayi dan
jenis-jenis dukun bayi
2. Mengetahui ciri-ciri dukun bayi
3. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
mengapa masyarakat lebih banyak yang meminta pertolongan kedapa dukun bayi
4. Mengetahui kewenangan dukun bayi
5. Mengetahui peran bidan dan dukun
dalam pelaksanaan kemitraan
PEMBAHASAN
Dukun bayi adalah seorang anggota
masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan dan memiliki
keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh
keterampilan tersebut dengan: secara turun temurun, belajar secara praktis,
atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut, serta
melalui petugas kesehatan ( Depkes RI, 1994: 1 )
Dukun bayi tradisional oleh WHO-UNFPA-UNICEF secara bersama
dinyatakan sebagai seseorang yang membantu seorang ibu pada saat melahirkan
yang keterampilannya diperoleh melalui magang dengan dukun bayi tradisional
lainnya atau diperoleh karena keturunan. Definisi ini juga berlaku untuk
istilah dukun bayi keluarga. Dukun bayi keluarga adalah dukun bayi yang telah
diminta untuk membantu persalinan di suatu keluarga (WHO 1992).
Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun
bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan
lulus.
b. Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah
dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi
yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus
Dukun mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Pada umumnya adalah seorang anggota
masyarakat yang cukup dikenal di desa.
b. Pendidikan tidak melebihi pendidikan
orang biasa, umumnya buta huruf.
c. Pekerjaan sebagai dukun umumnya
bukan untuk tujuan mencari uang tetapi karena ‘panggilan’ atau melalui
mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk menolong sesama
d. Disamping menjadi dukun, mereka
mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap. Misalnya petani, atau buruh kecil
sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan sambilan.
e. Ongkos yang harus dibayar tidak
ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari masing-masing orang yang ditolong
sehingga besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap waktunya.
f. Umumnya dihormati dalam masyarakat
atau umumnya merupakan tokoh yang berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi
dalam masyarakat.
Masih banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong
oleh tenaga dukun bayi daripada tenaga kesehatan atau bidan, disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Kemiskinan
Tersedianya berbagai jenis pelayanan
public serta persepsi tentang nilai dan mutu pelayanan merupakan faktor penentu
apakah rakyat akan memilih kesehatan atau tidak. Biasanya, perempuan memilih
berdasakan penyedia layanan tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan
mereka berdasarkan besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh masyarakat
miskin.
Serta biaya merupakan alasan utama
yang menentukan pilihan masyarakat miskin, ada sejumlah faktor yang membuat
mereka lebih memilih layanan yang diberikan oleh dukun. Biaya pelayanan yang
diberikan oleh bidan di desa untuk membantu persalinan lebih besar daripada
penghasilan RT miskin dalam satu bulan. Disamping itu, biaya tersebut pun harus
dibayar tunai.
b. Masih langkanya tenaga medis di
daerah-daerah pedalaman
Sekarang dukun di kota semakin
berkurang meskipun sebetulnya belum punah sama sekali bahkan disebagian besar
kabupaten, dukun beranak masih eksis dan dominant.
c. Kultur budaya masyarakat
Masyarakat terutama di pedesaan,
masih lebih percaya kepada dukun beranak daripada kepada bidan apalagi dokter.
Rasa takut masuk rumah sakit masih melekat pada kebanyakan kaum perempuan.
Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah
yang bukan ditentukan manusia.
Selain itu masih banyak perempuan
terutama muslimah yang tidak membenarkan pemeriksaan kandungan, apalagi
persalinan oleh dokter atau para medis laki-laki. Dengan sikap budaya dan agama
seperti itu, kebanyakan kaum perempuan di padesaan tetap memilih dukun beranak
sebagai penolong persalinan meskipun dengan resiko sangat tinggi
d. Bidan desa kurang kreatif
Keadaaan ini menyebabkan hubungan
yang kurang sehat antara bidan dan masyarakat, Bidan desa yang merupakan
pendatang baru. Selain itu kurang kreatif bidan desa juga masih kurang
percaya diri untuk membaur dengan masyarakat, berbeda dengan dukun bayi yang
memang sudah ada di masyarakat.
Batas
kewenangan dukun bayi dalam melakukan persalinan( Depkes RI 1994:14 ) adalah
sebagai berikut :
1. Mempersiapkan pertolongan
persalinan, meliputi mempersiapkan tempat, kebutuhan ibu dan kebutuhan bayi,
mempersiapkan alat alat persalinan sederhana secara bersih, serta mencuci
tangan
2. Memimpin persalinan normal dengan
tekhnik – tekhnik sederhana, seperti membimbing ibu mengejan
3. Dukun tidak melakukan tindakan yang
dilarang seperti memijat perut serta mendorong rahim, menarik plasenta,
memasukkan tangan liang senggama
4. Melakukan perawatan pada bayi baru
lahir seperti perawatan tali pusat dan memandikan bayi
Kemitraan bidan dengan dukun adalah bentuk kerjasama antara
bidan dan dukun, di mana kerjasama ini harus saling menguntungkan kedua belah
pihak dan atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa saling percaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan dalam dalam bermitra
adalah menolong kelahiran serta mengalihfungsikan dukun yang pada awalnya
menolong persalinan menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi ( Depkes,
2008 ).
Berikut
adalah peran bidan dan dukun bayi dalam pelaksanaan kemitraannya:
1. Periode Kehamilan
a. Bidan
1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil
dalam hal :
a. Keadaan umum,
b. Menentukan HPHT, HPL
c. Menentukan Keadaan janin dalam
kandungan,
d. Pemeriksaan laboratorium yang
diperlukan.
2. Melakukan tindakan pada ibu hamil
dalam hal :
a. Pemberian Imunisasi TT,
b. Pemberian tablet Fe,
c. Pemberian pengobatan / tindakan
apabila ada komplikasi.
3. Melakukan Penyuluhan dan konseling
pada ibu hamil dan keluarga mengenai
a. Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu
nifas,
b. Tanda-tanda bayi sakit,
c. Kebersihan pribadi & lingkungan,
d. Kesehatan & Gizi,
e. ASI Ekslusif,
f. Perawatan tali pusat,
g. KB setelah melahirkan.
4. Melakukan kunjungan Rumah
5. Melakukan rujukan apabila diperlukan
6. Melakukan pencatatan dan Melakukan
Laporan.
b. Dukun
1. Memotivasi ibu hamil untuk periksa
ke bidan
2. Mengantar ibu hamil yang tidak mau
periksa ke bidan
3. Membantu Bidan pada saat pemeriksaan
ibu hamil
4. Melakukan penyuluhan pada ibu hamil
dan keluarga
5. Memotivasi ibu hamil dan keluarga
6. Melakukan ritual keagamaan /
tradisional yang sehat sesuai tradisi setempat bila keluarga meminta.
7. Melakukan motivasi pada waktu
rujukan diperlukan.
2. Periode Persalinan
a. Bidan
1. Mempersiapkan sarana prasarana
persalinan aman dan alat resusitasi bayi baru lahir, termasuk pencegahan
infeksi.
2. Memantau kemajuan persalinan sesuai
dengan partogram
3. Melakukan asuhan persalinan.
4. Melaksanakan inisiasi menyusu dini
dan pemberian ASI segera kurang dari 1 jam.
5. Injeksi Vit K1 dan salep mata
antibiotik pada bayi baru lahir
6. Melakukan perawatan bayi baru lahir
7. Melakukan tindakan PPGDON apabila
mengalami komplikasi
8. Melakukan rujukan bila diperlukan
9. Melakukan pencatatan persalinan.
b. Dukun
1. Mengantar calon ibu bersalin ke
Bidan.
2. Mengingatkan keluarga menyiapkan
alat transport untuk pergi ke Bidan / memanggil Bidan.
3. Mempersiapkan sarana prasaran
persalinan aman
4. Mendampingi ibu pada saat persalinan
5. Membantu Bidan pada saat proses
persalinan
6. Melakukan ritual keagamaan /
tradisional yang sehat sesuai tradisi setempat.
7. Membantu Bidan dalam perawatan bayi
baru lahir
8. Membantu ibu dalam inisiasi menyusu
dini kurang dari 1 jam
9. Memotivasi rujukan bila diperlukan
10. Membantu Bidan membersihkan ibu,
tempat dan alat setelah persalinan.
3. Periode Nifas
a. Bidan
1. Melakukan Kunjungan Neonatal dan
sekaligus pelayanan nifas
2. Melakukan Penyuluhan dan konseling
pada ibu dan keluarga.
3. Melakukan rujukan apabila diperlukan
4. Melakukan pencatatan dan melakukan
laporan.
b. Dukun
1. Melakukan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan
2. Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan.
3. Melakukan ritual keagamaan / tradisional yang sehat sesuai
tradisi setempat.
4. Memotivasi rujukan bila diperlukan.
5. Melaporkan ke Bidan apabila ada calon akseptor KB baru.
PENUTUP
Dukun bayi adalah seorang anggota
masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan dan memiliki
keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh
keterampilan tersebut dengan: secara turun temurun, belajar secara praktis,
atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut, serta
melalui petugas kesehatan ( Depkes RI, 1994: 1 )
Pertolongan persalinan oleh Dukun
Bayi tidak bisa dihilangkan karena sudah merupakan suatu kepercayaan dan sudah
melekat dalam budaya. Pertolongan persalinan oleh Dukun Bayi masih diperlukan
pada daerah-daerah yang masih minimnya tenaga kesehatan khususnya bidan.
Kerjasam antar bidan dan pemerintah
dengan dukun bayi sangat diperlukan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. kerjasama yang bisa dilakukan seperti misalnya dalam pemberian
pelatihan kepada para tenaga kesehatan non-kesehatan atau keikut sertaan
pemerintah sangat penting untuk menunjang sukesnya pelatihan dengan pemberian
bantuan alat-alat untuk menolong persalinan seperti gunting tali pusat,
sehingga infeksi saat pemotongan tali pusat bisa diturunkan.
1. Diharapkan masyarakat ikut lebih
memperhatkan tentang kesehatan atau ibu terutama dalam proses persalinannya.
2. Diharapkan masyarakat lebih
menyeleksi dalam memilih penolong persalinannya.
3. Diharapkan pemerintah bisa membantu
alam pemerataan bidan atau tenaga kesehatan sampai daerah pedalaman sehingga
mutu kesehatan meningkat sampai daerah-daerah terpencil.
2.
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/pembinaan-dukun-bayi-di-komunitas.html#ixzz46q9UlFKQ
4.
Machfoeds, Ircham, dkk, Pendidikan
Kesehatan Bagian Promosi Kesehatan, Fitramaya, Yogyakarta, 2007, Hal. 78-106.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar