Selamat Datang Di Blog Saya

Minggu, 16 April 2017

Konsep Stres dan Adaptasi



KONSEP STRES DAN ADAPTASI

A.    Pengertian Stres dan Stresor
setiap orang pernah mengalami stres, dan orang yang normal dapat beradaptasi dengan stres jangka panjang atau stres jangka pendek hingga stres tersebut berlalu. Stres dapat dijadikan stimulasi untuk pertumbuhan dan perkembangan, sehingga dalam hal ini dapat dianggap positif atau bahkan perli. Meskipun demikian, stres yang terlalu berat dapat mengakibatkan sakit, penilaian yang buruk, dan ketidakmampuan untuk bertahan. Stres dapat didefinisikan sebagai, “respon adaptif, dipengaruhi oleh karakteristik individual dan/atau proses psikologis, yaitu akibat dari tindakan, situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan/atau psokologis terhadap seseorang” (Ivancevich dan Matteson, 1980 dalam Kreitner dan Kinicki, 2004)
claude Bernard, 1867, (dalam Potter dan Perry, 1997) adalah salah seorang psikolog pertama yang mengakui adanya dampak positif yang ditimbulkan sters. Menurutnya, perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dapat menggangu fungsi organisme sehingga penting bagi organisme tersebut untuk beradaptasi terhadap stresor agar dapat bertahan. Stresor merupakan stimuli yang mewakili atau memicu perubahan yang menimbulkan stres. Stresor mewakili kebutuhan yang tidak terpenuhi, bisa berupa kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, spiritual, dan sebagainya.

B.     Sumber Stresor
Faktor yang menimbulkan stres, dapat berasal dari sumber internal (yaitu diri sendiri) maupun eksternal (yaitu keluarga, masyarakat, dan lingkungan).
1.      Internal. Faktor internal stres bersumber dari diri sendiri. Stresor individual dapat timbul dari tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau sifat yang dimiliki, dan sebagainya
2.      Eksternal. Faktor ekternal stres dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Stresor yang berasal dari keluarga disebabkan oleh adanya perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang tua, adanya anggota keluarga yang mengalami kecanduannarkoba, dan sebagainya. Sumber stresor masyarakat dan lingkungan dapat berasal dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosisal, atau lingkungan fisik. Sebagai contoh, adanya atasan yang tidak pernah puas di tempat kerja, iri terhadap teman-teman yang status sosialnya lebih tinggi, adanya polusi udara dan sampah di lingkungan tempat tinggal, dan lain-lain.

C.     Jenis Stres
Ditinjau dari penyebabnya, stres dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis berikut:
1.      Stres fisik, merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik, seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising, sinar matahari yang terlalu menyengat, dan lain-lain.
2.      Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimia yang terdapat pada obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon atau gas, dan lain-lain.
3.      Stres mikrobiologis, stres yang disebabkan oleh kuman, seperti, virus, bakteri, atau parasit
4.      Stres fisiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh, antara lain gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ, dan lain-lain.
5.      Stres proses tumbuh kembang, merupakan stres yang disebakan oleh proses tumbuh kembang seperti pada masa pubertas, pernikahan, dan pertambahan usia.
6.      Stres fisiologis atau fungsional, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam hubugan interpersonal, sosial budaya, atau keagamaan.

D.    Model Stres
Akar dan dampak stres dapat dipelajari dari sisi medis dan model teori perilaku. Model stres ini dapat digunakan untuk membantu pasien menguasai respons yang tidak sehat dan tidak produktif terhadap stresor. Model stres terdiri atas:
1.      Model Berdasarkan Respon
Model stres ini menjelaskan respons atau pola respons tertentu yang dapat mengindikasikan stresor. Model stres yang dikemukakan oleh Slye, 1976, menguraikan stres sebagai respons yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntutan yang dihadapinya. Stres ditunjukan oleh reaksi fisiologis tertentu yang disebut sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrom-GAS).
2.      Model Berdasarkan Adaptasi
Model ini menyebutkan empat faktor yang menentukan apakah suatu situasi menimbulkan stres atau tidak ( Mechanic, 1962), yaitu:
1)      Kemampuan untuk mengatasi stres, bergantung pada pengalaman seseorang dalam menghadapi stres serupa, sistem pendukung, dan persepsi keseluruhan terhadap stres.
2)      Praktik dan norma dari kelompok atau rekan-rekan pasien yang mengalami stres. Jika kelompoknya menganggap wajar untuk membicarakan stresor, maka pasien dapat mengeluhkan atau mendiskusikan hal tersebut. Respons ini dapat membantu proses adapatasi terhadap stres.
3)      Pengaruh lingkungan sosial dalam membantu seseorang menghadapi stresor. Seorang mahasiswa yang resah menghadapi hasil ujian akhirnya yang pertama dapat mencari pertolongan dari dosennya. Dosen dapat memberikan penilaian dan selanjutnya dapat memberikan referensi kepada asisten dosen tertentu yang menerutnya mampu membantu kegiatan belajar mahasiswa tersebut. Dosen dan asisten dosen dalam contoh ini merupakan sumber penurun tingginya stresor yang dialami mahasiswa tersebut.
4)      Sumber daya yang dapat digunakan untuk mengatasi stresor. Misalnya, seorang penderita sakit yang kurang mampu dalam hal keuangan dapat memperoleh bantuan tunjangan askes dari perusahaan tempatnya bekerja untuk kemudian berobat di rumah sakit yang memadai. Hal ini mempengaruhi cara pasien untuk mendapatkan akses ke sumber daya yang dapat membantunya mengatasi masalah stresor fisiologis.
3.      Model Berdasarkan Stimulus
Model ini berfokus pada karakteristik yang bersifat menggangu atau merusak dalam hal lingkungan. Riset klasik yang mengungkapkan stres sebagai stimulus telah menghasilkan skala penyesuaian ulang sosial, yang mengukur dampak dari peristiwa-peristiwa besar dalam kehidupan seseorang terhadap penyakit yang dideritanya (Holmes dan Rahe, 1976). Asumsi-asumsi yang mendasari model ini adalah:
1)      Peristiwa-peristiwa yang mengubah hidup sesorangmerupakan hal normal yang membutuhkan jenis dan waktu penyesuaian yang sama.
2)      Orang adalah penerima stres yang pasif; persepsi mereka terhadap suatu peristiwa tidaklah relevan.
3)      Semua orang memiliki ambang batas stimulus yang sama dan sakit akan timbul setelah ambang batas tersebut terlampaui.
4.      Model Berdasarkan Transaksi
Model ini memandang orang dan lingkungannya dalam hubungan yang dinamis, resiprokal, dan interaktif. Model yang dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman ini menganggap stresor sebagai respons perseptual seseorang yang berakar dari proses psikologis dan kognitif. Stres berasal dari hubungan antara orang dan lingkungannya.

E.     Faktor yang Mempengaruhi Respons Terhadap Stresor
Respon terhadap stresor yang diberikan pada individu akan berbeda, hal tersebut tergantung dari faktor stresor dan kemampuan koping yang dimiliki individu. Berikut akan dijelaskan secara singkat beberapa karakteristik stresor yang dapat mempengaruhi respon tubuh.
1.      Sifat stresor
Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur dan dapat mempengaruhi respon seseorang dalam menghadapi stres, tergantung mekanisme yang dimilikinya.
2.      Durasi stresor
Lamanya stresor yang dialami seseorang dapat mempengaruhi respon tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih lama, maka respons juga akan lebih lama, dan tentunya dapat mempengaruhi fungsi tubuh.
3.      Jumlah stresor
Semakin banyak stresor yang dialami sesorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh.
4.      Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu seseorang dalam menghadapi stres dapat menjadi bekal dalam menghadapi stres berikutnya karena individu memiliki kemampuan beradaptasi/ mekanisme koping yang lebih baik.
5.      Tipe kepribadian
Tipe kepribadian seseoang juga dapat mempengaruhi respons terhadap stresor. Menurut Friedman dan Rosman, 1974, terdapat dua tipe kepribadian, yaitu Tipe A dan Tipe B. Orang dengan tipe kepribadian A lebih rentan terkena stres dibandingkan dengan orang yang berkepribadian B . tipe A memiliki ciri-ciri: ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan, berbicara dengan cepat, bekerja tidak kenalo waktu, tidak mudah dipengaruhi, dan sulit untuk santai. Sedangkan tipe B memiliki sifat kebalikan dari tipe A, antara lain lebih santai, penyabar, tenang, tidak mudah marah/tersinggung, jarang kekurangan waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai, fleksibel, mudah bergaul, dan lain-lain.
6.      Tahap perkembangan
Tahap individu dapat membentuk kemapuan adaptasi yang semakin baikterhadap stresor. Stresor yang yang dialami individu beebeda pada setiap tahap perkembangan usia sebagaimana serlihat dalam tabel 2.1

Tahap Perkembangan
Jenis Stresor
Anak

Konflik kemandirian dan ketergantungan pada orang tua
Mulai bersekolah
Hubungan dengan teman sebaya
Kompetisi dengan teman
Remaja
Perubahan tubuh
Hubungan dengan teman
Seksualitas
Kemandirian
Dewasa Muda
Menikah
Meniggalkan rumah
Mulai bekerja\melanjutkan pendidikan
Membesarkan anak
Dewasa Tengah
Menerima proses penuaan
Status sosial
Dewasa Tua
Usia lanjut
Perubahan pada tempat tinggal
Penyesuaian diri pada masa pensiun
Proses kematian

Tabel 2.1
Jenis Stresor Berdasarkan Tahap Perkembangan

F.      Tahapan Stres
Menurut Robert J. Van Amberg, 1979 (dalam Dadang Hawari, 2001), stres dapat dibagi kedalam enam tahap berikut:
1.      Tahap Pertama
Meripakan tahap stres yang paling ringan dan biasanya ditandai dengan munculnya semangat yang berlebihan, penglihatan lebih “tajam” dari biasanya, dan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya (namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan dan timbulnya rasa gugup yang berlebihan)
2.      Tahap Kedua
Dampak stres yang semula “menyenangkan “ mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan karena habisnya cadangan energi. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan antara lain merasa letih sewaktu bangun pagi dalam kondisi normal, badan ( seharusnya terasa segar), mudah lelah sesuadah makan siang, cepat lelah menjelang sore, serinng mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot pungung dan tengkuk terasa tegang, dan tidak bisa santai.
3.      Tahap Ketiga
Jika tahap stres sebelumnya tidak ditanggapi dengan memadai, maka keluhan akan semakin nyata, seperti gangguan lambung dan usus (gastritis atau maag, diare), ketegangan otot semakin terasa, perasan tidak tenang, gangguan pola tidur (sulit untuk mulai tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, atau bangun terlalu pagi dan tidak dapat tidur kembali), tubuh terasa lemah seperti tidak bertenaga.
4.      Tahap Keempat
Orang yang mengalami tahap-tahap stres di atas ketika memeriksa diri kedokter sering kali dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Namun pada kondisi berkelanjutan, akan muncul gejala seperti ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas rutin karena perasaan bosan, kehilangan semangat, terlalu lel;ah karena gangguan pola tidur, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun, serta muncul rasa takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya.
5.      Tahap Kelima
Ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat, tidak mampu mengerjakan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat, serta semakin meningkatnya rasa takut dan cemas.
6.      Tahap Keenam
Tahap ini adalah tahap puncak, biasanya ditandai dengan timbulnya rasa panik dan takut mati yang menyebabkan jantung berdetak semakin cepat, kesulitan untuk bernafas, tubuh bergetar dan berkeringat, dan adanya kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.

G.    Cara Menilai Stres
Terdapat beberapa cara untuk menilai stres, antara lain Skala Holmes dan Rahe, 1967, beserta Skala Miller dan Smith, 1985.
a.       Skala Holmes dan Rahe
Skala ini menghitung jumlah stres yang dialami seseorang dengan cara menambahkan nilai relatif stres, yang disebut Unit Perubahan Hidup (life change units-LCU), untuk berbagai peristiwa yang dialami seseorang. Skala ini didasarkan pada premis bahwa peristiwa baik maupun buruk dalam kehidupan seseorang dapat meningkatkan tingkat stresdan membuat orang tersebut lebih rentan terhadap penyakit dan masalah kesehatan mental.
Pada skala tersebut terdapat sejumlah peristiwa yang dialami seseorang selama 12 bulan terkahir. Beri tanda pada peristiwa yang dialami, misalnya, seseorang yang mengalami perpindahan rumah selama dua kali dalam 12 bulan terakhir, maka skornya adalah 2 x 20 = 40. Selanjutnya seluruh nilai tersebut dijumlah untuk mengetahui berapa total nilai stres.
Skor 250 atau lebih dianggap tinggi. Orang yang memiliki toleransi rendah terhadap stres mungkin sudah melampaui tingkat stres yang normal dengan skor 150. Skor 150 atau kurang memiliki kemungkinan 37% untuk mengalami sakit yang serius. Jika skornya 150-300, kemungkinan tersebut naik menjadi 51%. Diatas 300, kemungkinan mengalami sakit yang serius dalam dua tahun ke depan akan naik menjadi 80%.


1.      Kematian pasangan hidup                                                                               100
2.      Perceraian dengan pasangan                                                                           72
3.      Perpisahan dengan pasangan                                                                          65
4.      Dipenjara                                                                                                         63
5.      Kematian anggota keluarga dekat                                                                  63
6.      Kecelakaan atau jatuh sakit                                                                            53
7.      Pernikahan                                                                                                      50
8.      Dipecat dari pekerjaan                                                                                    47
9.      Rujuk dalam pernikahan                                                                                 45
10.  Pensiun                                                                                                            45
11.  Perubahan status kesehatan anggota keluarga                                                44
12.  Kehamilan                                                                                                       40
13.  Masalah seksual                                                                                              39
14.  Kehadiran anggota keluarga baru                                                                   39
15.  Penyesuaian pekerjaan/usaha                                                                          39
16.  Perubahan kondisi keuangan                                                                          38
17.  Kematian sahabat dekat                                                                                  37
18.  Pindah kerja atau perubahan pekerjaan                                                           36
19.  Konflik dengan pasangan                                                                               35
20.  Pinjaman dalam jumlah besar                                                                          31
21.  Pelunasan utang/hipotek                                                                                 30
22.  Perubahan tanggungjawab di tempat kerja                                                     29
23.  Anak meninggalkan rumah                                                                             29
24.  Masalah dengan ipar, mertua, menantu                                                          29
25.  Prestasi yang luar biasa                                                                                   28
26.  Pasangan mulai atau berhenti bekerja                                                             26
27.  Permulaan atau akhir masa sekolah                                                                 26
28.  Perubahan kondisi tempat tinggal                                                                   25
(teman sekamar baru, renovasi rumah)
29.  Perubahan kebiasaan pribadi (diet, merokok)                                                 24
30.  Masalah dengan atasan                                                                                   23
31.  Perubahan kondisi atau jam kerja                                                                   20
32.  Pindah rumah                                                                                                  20
33.  Pindah sekolah                                                                                                20
34.  Perubahan pola rekreasi                                                                                  19
35.  Perubahan aktivitas keagamaan                                                                      19
36.  Perubahan aktivitas sosial                                                                               18
37.  Pinjaman dalam jumlah kecil                                                                          17
38.  Perubahan pola tidur                                                                                       16
39.  Perubahan jumlah pertemuan dengan keluarga                                               15
40.  Perubahan pola makan                                                                                    15
41.  Berlibur ke luar kota/ negeri                                                                            13
42.  Sendirian di hari libur                                                                                     12
43.  Pelanggaran hukum ringan                                                                              11

Tingkat stres:
Tidak signifikan    < 149
Rendah                  = 150-200
Sedang                  = 200-299
Tinggi                    > 300

Gambar 2.1
Skala Holmes

b.      Skala Miller dan Smith
Beberapa aspek tertentu dari kebiasaan,gaya hidup, dan lingkungan seseorang dapat menjadikannya lebih kebal atau lebih rentan terhadap dampak negatif stres. Tingkat ketahan atau ketebalan terhadap stres ini diukur dengan mengisi daftar 20 pernyataan berikut

1 = hampir selalu
2 = biasanya
3 = kadang-kadang
4 = hampir tidak pernah
5 = tidak pernah


1.      Saya makan makanan yang hangat dan berimbang sedikitnya satu kali sehari
1
2
3
4
5
2.      Saya tidur 7-8 jam sedikitnya empat malam dalam seminggu
1
2
3
4
5
3.      Saya memberi dan menerima kasih sayang secara teratur
1
2
3
4
5
4.      Saya memiliki sedikitnya satu orang kerabat yang dapat diandalkan dalam jarak 75 km
1
2
3
4
5
5.      Saya melakukan olah tubuh sehingga berkeringat sedikitnya dua kali seminggu
1
2
3
4
5
6.      Saya merokok kurang dari setengah bungkus sehari (bukan perokok = mapir selalu)
1
2
3
4
5
7.      Saya minum kurang dari lima gelas minuman beralkohol dalam seminggu (bukan peminum = hampir selalu)
1
2
3
4
5
8.      Berat badan saya seimbang dengan tinggi badan
1
2
3
4
5
9.      Saya memiliki penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok
1
2
3
4
5
10.  Saya memperoleh kekuatan dari agama/ keyakinan saya
1
2
3
4
5
11.  Saya menghadiri kegiatan klub atau sosial secara teratur
1
2
3
4
5
12.  Saya mempunyai jaringan teman dan kenalan
1
2
3
4
5
13.  Saya mempunyai sedikitnya satu orang sahabat yang dapat dipercaya dalam hal-hal yang bersifat pribadi
1
2
3
4
5
14.  Kesehatan saya baik (termasuk mata, telinga, dan gigi)
1
2
3
4
5
15.  Saya dapat berbicara secara terus terang mengenai perasaan saya di saat marah atau gelisah
1
2
3
4
5
16.  Saya bercakap-cakap secara teratur dengan orang-orang yang tinggal bersdama saya mengenai urusan rumah, seperti pekerjaan rumah sehari-hari dan masalah keuangan
1
2
3
4
5
17.  Saya melakukan sesuatu untuk bersenang-senang sedikitnya sekali seminggu
1
2
3
4
5
18.  Saya mampu mengelolah waktu dengan efektif
1
2
3
4
5
19.  Saya minum kurang dari tiga gelas cangkir kopi (atau minuman lain yang mengandung kafein) seharri.
1
2
3
4
5
20.  Saya mengalokasikan waktu untuk berdiam diri dalam sehari
1
2
3
4
5
Total skor = _______-20 = ______poin
Skor ketahanan Stres:
0-10 poin               = memiliki ketahanan luar biasa terhadap stres
11-30                     = tidak terlalu rentan terhadap stres
31-50                     = cukup rentan terhadap stres
51-74                     = rentan terhadap stres
75-80                     = sangat rentan terhadap stres

Tidak ada komentar:

Posting Komentar